Jumat 25 Sep 2015 09:51 WIB

Tragedi Mina dan Keseriusan Tata Kelola Ibadah Haji

Red: M Akbar
Korban tragedi Mina, Kamis (24/9)

Sayangnya, pemerintah kita kurang menaruh perhatiannya terhadap masalah perhajian ini. Sejauh ini, pemerintah kita tidk memiliki pemondokan khusus bagi jamaah kita, baik di Makkah maupun Madinah. Bandingkanlah dengan Malaysia. Kita sungguh kalah dan tertinggal jauh. Pemerintah negeri jiran itu ternyata memiliki tempat pemondokan khusus bagi jamaahnya, baik di Makkah maupun Madinah.

Hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Brunei Darussalam. Sekalipun jumlah jamaah mereka jauh lebih sedikit dengan jumlah jamaah haji Indonesia namun pemerintah kedua negeri jiran itu mampu memperlihatkan keseriusannya untuk menjamin warga negaranya di Tanah Suci.

Menteri Luar Negeri dan Wakil Presiden Indonesia sudah selayaknya memberikan perhatian khusus. Rasanya sangat tidak cukup untuk memberikan amanah ini hanya kepada Kementerian Agama saja. Ini terkait dengan urusan migrasi ratusan ribu WNI dalam suatu negars dan dalam masa tertentu yang amat terbatas waktunya.

Berkait dengan tata kelola pelaksanaan haji, pemerintah Indonesia sudah saatnya mendesak kerajaan Saudi agar dapat menata kembali secara total tata kelola haji secara modern dengan melibatkan negara yang mengirimkan jamaahnya dalam jumlah besar.

Demikian juga sarana di Mina dan Arafah. Sudah bersifat wajib juga untuk segera ditata dengan sarana dan tata kelola yang modern. Kini saatnya pemerintah Indonesia bersama Turki, Iran, Malaysia, Brunei, India, Pakistan, Mesir dan perwakilan negara muslim Eropa-Amerika untuk mendesak Kerajaan Saudi untuk melakukan tata kelola secara Modern.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement