REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pada Hari Raya Idul Adha, pembagian daging kurban biasanya dilakukan dengan menggunakan plastik kresek hitam sebagai wadah. Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung (Distan-KP) mengatakan penggunaan kresek berwarna sebagai wadah langsung daging kurban dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Kepala Distan-KP Elly Wasliah mengatakan Balai Pengawas Obat dan Makanan (RI) telah memberi surat edaran terkait penggunaan plastik kresek sebagai wadah langsung makanan siap santap. Elly mengatakan plastik kresek berwarna khususnya hitam kebanyakan merupakan plastik hasil dari daur ulang. Plastik-plastik yang didaur ulang tersebut bisa saja memiliki riwayat penggunaan sebagai wadah pestisida hingga limbah kesehatan yang berbahaya bagi kesehatan.
"Karena itu, BPOM RI mengedarkan public warning, agar pembagian daging kurban tidak menggunakan plastik kresek berwarna sebagai wadah langsung bagi daging," jelas Elly, Kamis (24/9).
Oleh karena itu, Elly mengatakan pembagian daging kurban hendaknya menggunakan plastik berwarna putih atau bening sebagai wadah langsung dari daging. Jika daging kurban sudah dibungkus dengan plastik putih atau bening, warga bisa menggunakan plastik kresek berwarna untuk mengantungi daging yang telah dibungkus tersebut.
Elly mengatakan plastik yang sudah didaur ulang memiliki zat berbahaya yang dapat menyerap ke makanan siap saji seperti daging. Plastik daur ulang, lanjut Elly, memiliki zat karsinogen yang berbahaya bagi kesehatan jika terserap masuk ke makanan yang dikonsumsi warga.
"Ada zat karsinogen berbahayq yang bisa menyebabkan kanker," ujar Elly.
Berdasarkan pantauan Republika, pembagian daging kurban di Masjid Raya Bandung sudah minim menggunakan plastik kresek berwarna hitam. Rata-rata para penerima daging kurban menerima daging yang dibungkus dalam plastik berwarna putih. Setelah daging terbungkus plastik putih, warga yang menerima daging kurban baru menggunakan plastik kresek berwarna untuk menjinjing daging kurban yang telah terbungkus plastik putih tersebut.