Selasa 22 Sep 2015 07:04 WIB

Kemarau, Serapan Pupuk Bersubsidi di Boyolali Rendah

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pupuk bersubsidi
Pupuk bersubsidi

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Serapan pupuk bersubsdi pada 2015 di Kabupaten Boyolali, Jateng, tergolong rendah. Meski tidak disebutkan berapa persen serapan pupuk, namun secara umum serapan pupuk bersubsidi di sini tak sesuai yang diharapkan pemerintah.

Rendanya serapan pupuk bersubsidi, menurut Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi, Selasa (22/9), karena pengaruh musim el  Nino yang berdampak musim kemarau panjang, sekaligus banyak lahan pertanian yang mengalami kekeringan.

''Dengan Kondisi lahan yang banyak mengalami kekeringan, sehingga petani tidak menggarap lahan, alias diberokan. Otomatis petani tidak mempergunakan pupuk untuk tanaman,'' tambah Bambang.

Bambang mengajak menengok lahan pertanian di Kabupaten Boyolali sisi Utara. Di sana, saat ini banyak yang bero. Sehingga berdampak serapan pupuk di wilayah Boyolali Utara itu rendah. Dan, stok pupuk di toko melimpah. Bahkan, pengecer resmi pupuk di sana kesulitan untuk menjual pupuk.

Namun, untuk wilayah kecamatan Boyolali sisi Selatan, seperti Kecamatan Sawit, Banyudono dan  wilayah Kecamatan Ngemplak, serapan pupuk oleh petani normal. Hal ini diakibatkan lahan pertanian di tiga wilayah kecamatan itu merupakan lahan irigasi teknis. Sehingga tidak terpengaruh oleh musim kemarau yang panjang.

''Lahan pertanian di Kecamatan Banyudono, Sawit dan Ngemplak, bisa menanam padi setahun tiga kali. Ini karena, sumber air mampu mengairi lahan pertanian yang ada,'' tambahnya.

Dengan kondisi pupuk di Kabupaten Boyolali yang aman dan kondusif ini, tambah Kepala Bidang (Kabid) Sarana Prasarana Perlindungan Tanaman dan Pasca Panen, Ibnu Sutopo, sedang mendata Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) hingga akhir tahun 2015.

Terutama agar bisa mengetahui apakah kebutuhan pupuk hingga akhir Desember  tahun 2015 bisa tercukupi atau tidak.  Jika pada semester dua ini bisa tercukupi, maka tidak mengajukan tambahan kuota pupuk ke Gubernur Jawa Tengah.

''Ya, kalau hasil pendataan kebutuhan pupuk hingga  September 2015 kami perkirakan cukup. Sehingga tidak mengajukan tambahan kuota ke gubernur,'' katanya.

Memang, diakui pada semester pertama atau pada Juli 2015, Pemkab Boyolali mendapat tambahan kuota pupuk urea 300 ton. Sehingga kuota pupuk urea menjadi  28.400 ton dari quota semula 28.100 ton. Sedang pupuk jenis ZA mendapat tambahan kuota 300 ton. Sehingga kuota pupuk ZA menjadi 9.150 ton dari quota semula 8.850 ton.

Namun, untuk jenis pupuk SP 36 malah dikurangi 500 ton dari jatah semula 7.500 ton. Sehingga menjadi 7.000 ton akibat serapan jenis pupuk ini rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement