REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendata kejadian dan bencana gerakan tanah paling sering terjadi di Jawa Barat. Selama 15 tahun terakhir (2000-2014), wilayah Jawa Barat mengalami 762 kejadian gerakan tanah.
"Kejadian terbanyak pada 2014. Potensinya diperkirakan terus meningkat," kata Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain dalam rilis tertulis, Rabu (16/9).
Dalam kurun waktu yang sama, Indonesia mengalami 2.649 peristiwa gerakan tanah. Mengingat tingginya frekuensi bencana akibat gerakan tanah di Indonesia, Iskandar menilai sistem peringatan dini diperlukan untuk mengurangi risiko bencana lebih besar.
Masyarakat saat ini masih menganggap bahwa sistem peringatan bencana adalah sistem peringatan dini bencana. Padahal, peringatan seharusnya dilakukan tidak terlambat dan juga tidak terlalu awal, melainkan tepat waktu.
Peneliti Geoteknologi LIPI, Haryadi Permana menambahkan LIPI bekerja sama dengan Japan Radio Co, sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang komunikasi radio dan sistem mitigasi bencana berbasis radar. Tujuannya untuk mengembangkan instrumen pemantauan bahaya gerakan tanah berbasis Sistem Informasi Kebumian (SIK).
"Instrumen ini memenuhi kebutuhan produk teknologi peringatan dini dengan kandungan lokal," ujar Haryadi.
Instrumen ini diberi nama Gewlis yang berarti Geoscience Early Warning Landslide Information System atau sistem informasi peringatan dini pergerakan tanah. Sejumlah alat pemantau bahaya gerakan tanah ini mulai dipasang di sejumlah wilayah di Indonesia pada 2016.