Rabu 16 Sep 2015 15:17 WIB
Rupiah Melemah

Rupiah Rp 15 Ribu, Rakyat Bisa Minta Reformasi Jilid II

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ilham
Fadli Zon
Foto: Republika/Wihdan
Fadli Zon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai rupiah yang terus berlangsung, bahkan hampir menyentuh angka Rp 15 ribu, membuat kondisi ekonomi makin mengkhawatirkan. Wakil Ketua DPR Fadli Zon bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika rupiah benar-benar mencapai Rp 15 ribu.

Fadli Zon mengatakan, nilai tukar rupiah menjadi satu masalah serius. Hal itu menandakan, paket kebijakan yang diterbitkan Presiden Joko Widodo belum mampu memperbaiki situasi. ''Kalau tidak dikendalikan, bahkan sampai menembus Rp 15 ribu, anything can happen,'' kata Fadli kepada wartawan, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/9).

Skenario terburuknya, kata Fadli, rakyat bisa meminta reformasi jilid II. Karena ini akan berdampak langsung kepada masyarakat. Dimana banyak perusahaan yang tidak sanggup meneruskan usahanya, yang berarti bisa meningkatkan pengangguran, serta otomatis meningkatkan kemiskinan.

''Dengan depresiasi rupiah kan berarti kemiskinan melonjak. Saya kira ini harus ditangani secara serius,'' ujarnya.

Politikus Gerindra ini menuturkan, sekarang dengan nilai Rp 14.500 merupakan titik terendah dibandingkan tahun 1998. Meski tahun itu pernah mencapai Rp 17 ribu selama beberapa hari. Tapi, kata dia, pada waktu terjadi huru -hara, rupiah berada di level Rp 13 ribu.

''Jadi sekarang ini sudah terlalu jauh, dan jika tidak bisa dikendalikan dengan kebijakan atau intervensi kebijakan yang tepat, saya kira ini bisa mengkhawatirkan,'' katanya.

Jika dibiarkan, Fadli menjelaskan situasi ini akan mempunyai efek domino, sama seperti dulu, dari krisis moneter menjadi krisis ekonomi. Kemudian krisis politik, dan akhirnya krisis sosial. Sehingga harus ada suatu 'roadmap' pembangunan yang jelas.

Melihat situasi sekarang, Fadli menyarankan pemerintah lebih baik menjalankan kebijakan yang konservatif atau over estimate. Dibandingkan under estimate terhadap situasi, sehingga bisa menjalanlan kebijakan secara lebih jelas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement