Selasa 15 Sep 2015 22:53 WIB

Kualitas Mutiara Indonesia Perlu Ditingkatkan

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Hazliansyah
  Penjual menunjukkan perhiasan berupa mutiara air tawar yang dijual di sentra pusat perhiasan mutiara di Kawasan Sekarbela, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Ahad (21/12).( Republika/Raisan Al Farisi)
Penjual menunjukkan perhiasan berupa mutiara air tawar yang dijual di sentra pusat perhiasan mutiara di Kawasan Sekarbela, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Ahad (21/12).( Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia mengungkapkan permintaan terhadap mutiara (South Sea Pearl) tiap tahun meningkat namun perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas produksi mutiara. Sebab, produksi mutiara selama ini memiliki kualitas yang kurang baik semisal grade C dan D yang banyak beredar.

“Permintaan mutiara (South Sea Pearl) bagus, tiap tahun meningkat. Tapi harus ditingkatkan kualitasnya karena yang beredar kualitasnya kurang baik semisal grade C,” ujar RP Raditya Purnomo, Kepala Bidang Hubungan antar Kelembagaan dan Luar Negeri ASBUMI kepada wartawan di Kota Mataram, Selasa (15/9).

Ia menuturkan, produksi mutiara (South Sea Pearl) pada 2014 kemarin sekitar 5, 5 ton berasal dari swasta nasional sebanyak 3 ton dan penanaman modal asing Jepang dan Australia 2,5 ton. Kualitas produksinya sendiri untuk grade A sebanyak 5 persen, grade B 15 persen, grade C 30 persen dan grade D 50 persen.

Dirinya menambahkan, ukuran mutiara yang diproduksi rata-rata sebesar 10 mm, dengan ukuran paling bagus sebanyak 10 persen. Selain itu, jumlah warna mutiara yang ada 60 persen dengan warna kuning, 40 persen putih dan warna yang paling bagus 10 persen.

Meski begitu, Raditya mengatakan 43 persen mutiara yang ada di dunia berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas produksi maka ekosistem harus dijaga sebab prospek mutiara di Indonesia masih sangat bagus.

Menurutnya di Indonesia terdapat sembilan provinsi yang menjadi sentra mutiara diantaranya NTB, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah dan Papua Barat serta NTT. Dirinya berharap agar ke depan ada pasar lelang mutiara internasional yang diselenggarakan di Lombok, NTB.

Kadisbudpar NTB, Lalu Muhammad Fauzal berharap mutiara Lombok menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pariwisata NTB. Lebih dari itu, mutiara Lombok harus mampu menjadi ikon pariwisata dan menjadi tuan rumah di NTB tidak kalah dengan mutiara impor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement