Selasa 15 Sep 2015 18:57 WIB

Warga Miskin Jatim Bertambah 41 Ribu Orang

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Republika
Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur melaporkan, angka kemiskinan di Jawa Timur per Maret 2015 tercatat sebesar 4,789 juta jiwa atau 12,34 persen dari populasi masyarakat di provinsi tersebut. Angka itu bertambah 0,06 persen atau 41 ribu orang dibandingkan September 2014 yang hanya 4,748 juta jiwa.

Kepala BPS Jawa Timur, Sairi Hasbullah merinci, kenaikan jumlah warga miskin terjadi di pedesaan sebesar 0,26 persen, yakni dari 3,216 juta jiwa pada September 2014, menjadi 3,264 juta jiwa pada Maret 2015. Sementara di perkotaan, menurut Sairi, angka kemiskinan justeru berkurang dari 1,531 juta jiwa menjadi 1,524, atau menurun 0,11 persen.

Sairi melanjutkan, pada periode September 2014-Maret 2015, garis kemiskinan meningkat sebesar 5,25 persen atau sebsar Rp 15.226. Dengan peningkatan tersebut, ia menjelaskan, angka garis kemiskinan di Jawa Timur meningkat dari Rp 289.945 per kapita per bulan menjadi Rp 305.945 per kapita per bulan.

Menurut Sairi, meningkatnya angka kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh peningkatan biaya hidup akibat inflasi. Pada saat yang bersamaan, penghasilan warga desa tidak banyak bertambah, seperti yang dialami buruh tani, sehingga tidak bisa mengejar lonjakan biaya kebutuhan akibat inflasi.  

“Sementara di perkotaan, angka kemiskinan menurun akibat meningkatnya upah pekerja, mulai dari upah pekerja bangunan hingga upah buruh pabrik,” ujar Sairi dalam jumpa pers di kantor BPS Jawa Timur, Selasa (15/9).

Berdasarkan komoditas makananan, enam jenis makanan yang berkontribusi terhadap peningkatan garis kemiskinan adalah beras, rokok filter, tempe, gula pasir, telur ayam ras dan tahu. Angka garis kemiskinan dari sisi makanan, menurut Sairi, didasarkan pada perhitungan kebutuhan biaya mengakses 2100 kalori per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement