REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Konferensi ilmiah internasional Asian Association of Learning, Inovation and Co-evolution Studies (ASIALICS) ke-12 yang diselenggarakan di Yogyakarta tahun ini berupaya mendorong pertumbuhan riset inovasi industri. Acara yang dihadiri para ilmuan dari berbagai negara Asia ini diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Ketua Panitia ASIALICS ke-12, Siti Nuramaliati Prijono menuturkan, agenda ini bertujuan untuk mendorong strategi pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan. "Idenya adalah menyatukan isu-isu yang menarik tentang apa yang terjadi di negara-negara Asia," kata Siti pada pembukaan ASIALICS, Selasa (15/9).
Ia menuturkan, Indonesia tidak bisa terus bergantung pada eksploitasi sumber daya alam. Tapi harus mendorong industri sumber daya manusia untuk menciptakan inovasi yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan. Ketua LIPI, Iskandar Zulkarnain mengungkapkan, Indonesia memiliki banyak sumber daya seperti tambang, pertanian, dan kehutanan. Produktivitas industri yang rendah mengharuskan berbagai pihak untuk melakukan transformasi industri di luar manufaktur. Salah satunya melalui aktivitas riset yang menghasilkan berbagai inovasi produk.
Adapun topik yang diangkat pada ASIALICK tahun ini adalah inovation-driven natural resource based industry. Melalui acara yang diselenggarakan di Ambarukmo Hotel tanggal 15 hingga 16 ini, Iskandar berharap, perkembangan teknologi inovasi berbasis ilmu pengetahuan bisa semakin berkembang.
Sementara itu, Direktur Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Muhammad Dimyati menuturkan, anggaran negara untuk penelitian tidak besar. Bahkan hanya 0,09 persen dari gross domestik product (GDP) Indonesia. Maka itu pemerintah perlu merancang kebijakan baru yang ramah dengan rencana penelitian.