REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Musim kemarau panjang tahun ini telah membuat provitas padi pada musim panen gadu (kemarau), menurun. Kondisi itu disebabkan bulir padi tidak tumbuh maksimal dan panen dini karena kekurangan air selama musim tanam gadu.
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Takmid, mengatakan, hingga pekan pertama September 2015, provitas padi rata-rata baru 53,1 kuintal per hektare. Angka itu lebih rendah dibandingkan kondisi normalnya yang berkisar enam sampai tujuh kuintal per hektare.
''Kekurangan air saat masa tanam memang berdampak pada produksi,'' kata Takmid, akhir pekan kemarin.
Takmid menyebutkan, saat ini, luas areal panen gadu baru sekitar 50 persen dari total tanam yang mencapai 102 ribu hektare. Dari jumlah areal panen gadu itu, produksi padi yang dihasilkan kurang lebih 200 ribu ton.
Takmid mengakui, realisasi produksi itu masih jauh dari target produksi padi musim gadu yang mencapai 700 ribu ton. Kondisi itupun bisa mempengaruhi pencapaian target produksi padi pada tahun ini secara keseluruhan.
Namun, lanjut Takmid, rendahnya realisasi panen gadu tersebut tertolong dengan pencapaian produksi padi di musim rendeng 2014/2015. Saat itu, realisasi panen rendeng mencapai 1,1 juta ton, atau surplus 200 ribu ton dari targetnya yang hanya 900 ribu ton.
''Jadi kita punya simpanan surplus 200 ribu ton,'' terang Takmid.
Terpisah, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan menurunnya produksi panen pada musim gadu tahun ini. Menurutnya, dalam kondisi normal, panen menghasilkan tujuh sampai delapan ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Namun saat ini, petani hanya bisa menghasilkan dua sampai tiga ton GKP.
''Hal itu terutama dialami petani yang lahannya jauh dari saluran irigasi,'' terang Sutatang.
Sutatang menerangkan, menurunnya hasil produksi panen itu dikarenakan petani memilih panen dini akibat sulit mendapatkan pasokan air. Dalam kondisi normal, panen baru dilakukan setelah tanaman padi berumur 100 hari. Namun, petani terpaksa memanen tanaman padinya yang baru berumur 90 hari.
Sutatang mengatakan, panen dini itu akhirnya menyebabkan ukuran gabah menjadi kecil. Selain itu, minimnya air juga membuat pertumbuhan tanaman padi menjadi tidak maksimal.
Salah seorang petani di Kecamatan Kroya, Durnia menjelaskan, panen padinya pada musim tanam gadu ini hanya mencapai dua ton per hektare. Pasalnya, kekurangan air selama masa primordial menyebabkan bulir padinya tidak terisi penuh.
''Air sangat susah. Lebih baik panen dini daripada tidak panen sama sekali,'' tandas Durnia.