Sabtu 12 Sep 2015 12:38 WIB

'Kalau Perlu, BIN dan KPK Usut Penembakan Kemen ESDM'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Hazliansyah
Petugas Pusat Laboratorium Forensik usai melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Gedung Kementerian ESDM di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (11/9).  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas Pusat Laboratorium Forensik usai melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Gedung Kementerian ESDM di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (11/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Intelijen Negara (BIN) diminta ikut mengusut kasus penembakan pada gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Tak hanya BIN, institusi negara lain yang relevan bisa juga dilibatkan untuk menguak kasus ini.

"Mungkin KPK bila dianggap perlu diajak saja untuk terlibat," ucap pengamat energi Marwan Batubara kepada Republika.co.id, Jumat (11/9) malam.

Pihak kepolisian dapat pula mengajak Kementerian ESDM sendiri untuk memberikan informasi latar belakang terkait apa saja masalah yang ada.

"Misalnya dugaan ini hubungannya dengan kebijakan apa, perusahaan apa, informasi seperti ini bisa membantu polisi," kata Marwan.  

Agar Kemen ESDM dapat melakukan tugasnya dengan tenang dan kondusif, pihak kepolisian diharapkan segera menemukan siapa pelaku dan juga motif tindakan tersebut.

"Investigasi kasus ini secara seksama," ujarnya.

Kepolisian juga diminta menyampaikan hasil penyelidikan ke hadapan publik tentang apa yang terjadi agar masyarakat tidak menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi.

Saat ditanya kemungkinan apakah tembakan ditujukan untuk Menteri ESDM Sudirman Said atau staf khusus Menteri ESDM Said Didu, Marwan menduga bisa saja untuk salah satu dari mereka, atau malah dua-duanya.

Publik masih meraba-raba soal kejelasan peristiwa ini karena datanya belum akurat dan buktinya pun belum lengkap sehingga belum dapat memastikan.

"Kami harap polisi dalam investigasi segera bisa menuntaskan investigasi ini," ucap Marwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement