Kamis 10 Sep 2015 21:55 WIB

Komisi VI Sambut Baik Rencana Pembangunan Pabrik Baja ‎di Indonesia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Hazliansyah
Pabrik Peleburan Baja
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pabrik Peleburan Baja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski industri baja saat ini sedang lesu, namun Indonesia harus menyambut tawaran baik investasi dari pihak Taiwan yang ingin membangun pabrik baja di Tanah Air. Sebab dengan melemahnya nilai tukar rupiah saat ini, yang diperlukan adalah arus valas.

Di situasi saat ini, membangun industri baja tidaklah mudah. Pelemahan rupiah membuat Indonesia terpuruk, salah satunya karena kita banyak sekali mengimpor baja ke dalam negeri.

Anggota komisi VI DPR RI Mohamad Hekal mengatakan tahun lalu defisit perdagangan Indonesia Rp 2 miliar dolar AS. Sebagian besar isi neraca tersebut berupa impor baja senilai Rp 5 hingga Rp 7 miliar dolar AS. Apabila Indonesia bisa swasembada baja, maka jelas akan mengurangi valas untuk impor.

"Kalau memakai patokan yang sekarang, bisa surplus perdagangan dari baja," ujarnya kepada Republika.co.id, baru-baru ini.

Lima hingga sepuluh tahun mendatang adalah waktu yang sangat tepat untuk mengoperasikan industri baja baru.

"Karena dalam rentang waktu tersebut kebutuhan baja akan meningkat tajam," ucapnya.

Apalagi jika kita membicarakan pembangunan infrstruktur yang sangat membutuhkan baja. Setelah pembangunan infratruktur selesai, maka akan tumbuh industri-industri baja.

Taiwan melirik Indonesia sebagai tempat pendirian pabrik baja lantaran ruang pertumbuhan untuk konsumen baja sangat tinggi. Kalau tidak cepat-cepat ada political will untuk membangun industri baja dalam negeri, ke depannya Indonesia makin kesulitan menyelamatkan kurs.

"Jadinya nanti kita tidak bisa mandiri dalam pembangunan negeri karena tidak punya baja," ujar politikus Partai Gerindra ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement