Ahad 06 Sep 2015 19:30 WIB

Kekeringan Picu Gangguan Jiwa?

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Maman Sudiaman
Stress
Stress

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kekeringan akibat musim kemarau panjang di Kabupaten Indramayu dikhawatirkan mengancam timbulnya gangguan kesehatan jiwa. Ancaman itu terutama dialami masyarakat yang menjadi korbannya.

''Jangan salah, kondisi kekeringan akibat kemarau panjang (bisa membuat) penyakit gangguan jiwa di masyarakat meningkat,'' kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Dedi Rohendi, didampingi Kabid Pelayanan Kesehatan Yadi Hidayat, baru-baru ini.

Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Indramayu, pada periode Januari-Agustus 2015, jumlah masyarakat Kabupaten Indramayu yang menderita gangguan jiwa mencapai 2.779 orang. Adapun klasifikasinya, yakni psikosis, neurosa, penyalahgunaan napza, retardasi mental, epilepsi. Selain itu, adapula gangguan jiwa lainnya, seperti gangguan kepribadian, serta gangguan fungsi dan kesehatan jiwa anak dan remaja.

Dedi menyatakan, terganggunya kesehatan jiwa salah satunya bisa dipicu kondisi ekonomi yang memburuk. Salah satu contohnya dengan kondisi puso (gagal panen) yang dialami petani/buruh tani, yang menyebabkan hilangnya penghasilan dan bertambahnya utang.

Untuk mengatasi kondisi itu, kata Dedi, masyarakat harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, jiwa akan tenang dan jauh dari penyakit gangguan jiwa.

Selain itu, tambah Dedi, pihaknya pun melaksanakan sosialisasi kejiwaan dengan melibatkan peserta guru-guru bimbingan konseling di SMP. Diharapkan, mereka bisa memberikan pendampingan dan bimbingan kepada siswa masing-masing.

Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Indramayu, Yadi Hidayat menambahkan, penyakit gangguan jiwa itu tidak sebatas gila, tetapi banyak jenisnya.

''Mudah cemas dan stres termasuk dalam kategori gangguan jiwa,'' terang Yadi.

Yadi menyatakan, mengenai data jumlah penderita gangguan jiwa dari Januari hingga Agustus, belum bisa disimpulkan apakah itu lantaran kerugian akibat gagal panen atau bukan.

''Kami masih harus menelitinya dulu,'' ujar Yadi. N lilis

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement