Kamis 03 Sep 2015 15:15 WIB

Ibu Rumah Tangga di Bandung Setop Nyambel

Rep: arie lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Untuk tiap jenis masakan yang berbeda, seharusnya terhidang pula sambal yang berbeda.
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Untuk tiap jenis masakan yang berbeda, seharusnya terhidang pula sambal yang berbeda.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harga cabai rawit yang terus merangkak naik sejak Agustus membuat pusing kalangan ibu rumah tangga di Kota Bandung. Tingginya harga jual cabai di pasaran yang berkisar Rp 60 ribu hingga Rp 80 ribu per kg, membuat mereka pusing tujuh keliling.

Seorang ibu rumah tangga Evi Haryati asal Kiracondong, Kota Bandung mengatakan, harga cabai rawit di pasar saat ini naik kembali. Semua ibu rumah tangga, kata dia, jelas mengeluhkan kenaikan harga cabai tersebut.

Karena, kata Evi, biasanya sambal menjadi salah satu pelengkap makanan yang ‘wajib’ disajikan. “Kalau orang Sunda kan sambal sama lalapan harus selalu ada. Kalau nggak ada sambal rasanya makan jadi kurang selera,” katanya.

Evi menyayangkan, harga kebutuhan pokok kembali naik di tengah sulitnya ekonomi saat ini. Padahal, penghasilan suaminya sebagai pegawai tak bertambah. Untuk menyiasatinya, selama harga cabai mahal, dia akan mengurangi konsumsi cabai. “Sampai harga cabe murah lagi. Saya nggak akan nyambel dulu,” katanya.

Senada dengan Evi, ibu rumah yangga lain Ida Novianti meminta pemerintah segera melakukan berbagai upaya agar harga yang lain tak ikut-ikutan naik. Karena, kata dia, biasanya kenaikan satu komoditas bisa memicu kenaikan komoditas lain. “Nggak tahu ya harga cabai kenapa sekarang naik. Tapi ini jelas tidak baik,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement