REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Musim kemarau masih berlangsung, namun Pemerintah Provinsi Jawa Barat meminta para petani untuk bersiap menghadapi datangnya musim penghujan. Para petani diharapkan melakukan kegiatan penanaman secara serentak.
Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan mengatakan lahan kekeringan di Jabar saat ini sudah mencapai 78.000 Hektare (Ha) dengan kategori ringan, sedang hingga berat. Sementara luasan lahan yang puso, mencapai 7.000 Ha.
Menurutnya, lahan yang mengalami kekeringan masih punya punya potensi untuk dipanen meskipun pasokan air semakin menipis.
"Kami masih bersyukur karena masih bisa panen meskipun hasilnya akan berkurang, kecuali yang puso," ujar pria yang akrab disapa Aher itu.
Aher mengatakan, sebagian besar kekeringan terjadi di wilayah utara Jabar. Sedangkan wilayah selatan masih relatif aman karena pasokan air tetap dapat mencukupi kebutuhan lahan pertanian.
"Selain daerah selatan, beberapa daerah masih cukup pasokan airnya seperti Garut, Kuningan, Purwakarta dan Tasikmalaya," katanya.
Menurutnya, kekeringan kali ini diperkirakan akan membuat masa tanam menjadi molor. Para petani, akan lebih dulu menunggu kedatangan hujan saat akan memulai penanaman.
Pemprov Jabar sendiri, kata dia, sudah mengajukan usulan kepada pemerintah pusat untuk membuat hujan buatan. Namun, realisasinya sulit diketahui mengingat hujan buatan dilakukan mengikuti perkembangan cuaca.
"Karena ada sebagian daerah yang punya air dan sebagian lagi belum ada air maka kegiatan penanaman akan sulit serentak," katanya.
Aher berharap, kegiatan penanaman dilakukan secara serentak. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengatisipasi ancaman hama.
Ia menilai, jika penanaman tidak dilakukan serentak akan menguntungkan hama. Mereka berpotensi berpindah ke daerah lain usai puas menyerang suatu daerah.
"Kami inginya serentak, sebab kalau nyicil nanamnya maka hamanya malah akan subur," katanya.
Meski dihadapkan dengan kekeringan, Heryawan optimistis target produksi padi Jabar yang sebesar 13,5 juta ton masih dapat tercapai. Karena itu, kegiatan masa tanam yang dimulai pada September atau Oktober dan berakhir di November atau Desember akan menjadi andalan utama untuk menggenjot produksi.
"Saya kira masih bisa dicapai, paling berkurang sedikit saja dan berharap akhir September ini sudah mulai turun hujan kembali," katanya.