REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Penggenangan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang yang menutup aliran sungai Cimanuk berdampak pada pasokan air bersih di Kabupaten Indramayu. Puluhan ribu pelanggan PDAM Tirta Darma Ayu Indramayu pun terancam krisis air bersih hingga dua bulan mendatang.
Dirut PDAM Tirta Darma Ayu Indramayu, Tatang Sutardi menjelaskan, jumlah total pelanggan PDAM Tirta Darma Ayu mencapai 90.503 pelanggan. Dari jumlah tersebut, 76.746 pelanggan kini terancam krisis air bersih.
''Para pelanggan yang kini krisis air bersih itu airnya bersumber dari sungai Cimanuk,'' ujar Tatang, didampingi humas PDAM, Doddy Sudrajat, Selasa (1/9).
Tatang mengatakan, air dari sungai Cimanuk itu selama ini mengalir melalui instalasi pengolahan air bersih di Kertasemaya, Jatibarang, Lohbener, Bangodua, Jatisawit, Plumbon dan Sindang. Namun sejak aliran sungai Cimanuk ditutup untuk kepentingan penggenangan Waduk Jatigede, instalasi-instalasi itu mengalami kekurangan air baku.
''Dulu saja airnya susah, apalagi sekarang (aliran sungai Cimanuknya) ditutup,'' tutur Tatang.
Namun, untuk wilayah Indramayu barat, pasokan air dinilai cukup. Pasalnya, para pelanggan di wilayah barat yang mencapai 13.757 pelanggan itu mendapat pasokan air dari waduk Salamdarma.
Sementara itu, untuk mengamankan kondisi air baku yang bersumber dari sungai Cimanuk, rombongan manajemen PDAM Tirta Darma Ayu beserta perwakilan Pemkab Indramayu menemui petugas pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang. Mereka berharap, ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Namun, Pelaksana Teknik Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Adiministrasi Pembangunan Jatigede, Yuyu Wahyudin, menyatakan tidak bisa memenuhi permintaan PDAM. Pasalnya, setelah aliran sungai Cimanuk ditutup untuk penggenangan Waduk Jatigede, untuk sementara ini tidak bisa dibuka lagi.
Yuyu menjelaskan, penutupan aliran sungai Cimanuk itu dilakukan sejak penggenangan Waduk Jatigede pada 31 Agustus 2015, yang dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono. Untuk sementara ini, aliran sungai Cimanuk ditutup sampai penggenangan Waduk Jatigede mencapai titik elevasi waduk hingga 221 meter di atas permukaan laut (mdpl).
''Berdasarkan hitungan hidrologis, penggenangan hingga titik elevasi 221 mdpl itu membutuhkan waktu sekitar 48 - 50 hari, paling lama dua bulan'' terang Yuyu.
Itu berarti, hingga 48 hari sampai sekitar dua bulan mendatang, PDAM Indramayu akan kesulitan memperoleh bahan baku airnya yang bersumber dari sungai Cimanuk.
Setelah titik elevasi 221 mdpl tercapai, lanjut Yuyu, maka air baru akan bisa dialirkan kembali ke sungai Cimanuk. Dari sungai Cimanuk itu air kemudian akan terus dialirkan hingga hilir. ''Berapapun nanti air yang melimpas itu kami tidak tahan, langsung dialirkan ke sungai Cimanuk,'' kata Yuyu.
Sedangkan untuk mencapai debit waduk hingga penuh, dibutuhkan waktu sekitar delapan bulan sampai satu tahun, atau sampai tercapai titik elevasi 260 mdpl. ''Penggenangan Waduk Jatigede memang paling tepat dilakukan di musim kemarau,'' kata Yuyu.
Yuyu menyatakan, sudah mengundang berbagai kelompok tani maupun instansi yang terkait untuk sosialisasi sebelum penggenangan waduk dilakukan. Namun, pihaknya pun tidak tahu bahwa PDAM tak diundang dalam sosialisasi tersebut sehingga masalah ketersediaan air baku PDAM tak dibahas.
Yuyu menyatakan tak bisa berbuat banyak untuk membantu menyediakan air baku bagi PDAM Indramayu. Meski saat ini air baku berkurang, namun dia meyakinkan bahwa penggenangan waduk Jatigede akan bermanfaat besar bagi Kabupaten Indramayu, baik untuk pertanian maupun air baku PDAM. ''Jadi ya untuk manfaat kedepan, harus mengambil resikonya sekarang,'' tutur Yuyu.