Selasa 01 Sep 2015 17:23 WIB
Buruh bergerak

Buruh Sebut Jokowi Ingin Kurangi Pengangguran di Cina

Rep: C94/ Red: Teguh Firmansyah
Ribuan buruh melakukan aksi jalan kaki bersama dari bundaran Patung Kuda menuju Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (1/9).   (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ribuan buruh melakukan aksi jalan kaki bersama dari bundaran Patung Kuda menuju Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (1/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa aksi buruh menyampaikan pesan terkait penghapusan Bahasa Indonesia oleh Presiden Joko Widodo di depan Istana Merdeka, Selasa (1/9). Buruh menilai selain pro dengan Asing kebijakan tersebut menyobek jati diri bangsa Indonesia.

"Bahasa Indonesia itu jati diri bangsa. Sangat jelas ada di sumpah pemuda dan Undang-Undang 45, Presiden Jokowi tidak belajar sejarah," kata salah satu orator Hadi Kuswanto, Wakil Ketua III DPC Serikat Pekerja Nasional (SPN) Jakarta Barat saat menyampaikan orasinya di depan Istana, Selasa (1/9).

Saat diwawancarai Republika, Hadi menilai kebijakan Presiden Jokowi tersebut melukai identitas jati diri bangsa. Terlebih presiden mengorbankan hal tersebut demi kepentingan tertentu. Kebijakan tersebut hanya untuk mengurangi pengangguran di negara Cina.

"Mengurangi pengangguran di negara Cina. Sekarang pertanyaannya apakah di Indonesia tidak ada pengangguran? Buruh yang bisa menyekolahkan anaknya hingga tinggi saja bisa dihitung. Jadi cita-cita bangsa indonesia masih jauh dari cita-cita proklamasi yang berdaulat adil dan makmur," ujarnya.

Seperti yang diberitakan, ribuan buruh yang tergabung dalam Gerakan Buruh Indonesia (GBI) mulai melakukan aksi long march untuk 'mengepung' Istana Presiden di Jakarta setelah berkumpul di Bundaran Bank Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement