Selasa 01 Sep 2015 05:55 WIB

Islam dan Demokrasi tak Perlu Dipertentangkan

  Ketua Umum PP versi Muktamar Surabaya Muhammad Romahurmuziy menghadiri Musyawarah Wilayah VII PPP di Medan, Sabtu (25/4).
Foto: Antara
Ketua Umum PP versi Muktamar Surabaya Muhammad Romahurmuziy menghadiri Musyawarah Wilayah VII PPP di Medan, Sabtu (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP PPP hasil Muktamar Surabaya M Romahurmuziy (Romi) menyatakan antara Islam dan demokrasi tak perlu dipertentangkan karena keduanya bisa berjalan dengan beriringan.

"Islam yang merupakan ajaran agama dan demokrasi sebagai sistem ketatanegaraan bisa berjalan bersama di Nusantara. Karena itu, dua hal tersebut tidak perlu dipertentangkan satu sama lain," katanya saat memberikan kuliah umum di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, Senin (31/8).

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Romi menjelaskan bahwa pertautan Islam dan demokrasi merupakan perjalanan sejarah yang cukup penting di Indonesia. Kini, kata Romi di hadapan 4.500 mahasiswa, Indonesia menjadi contoh bagi negara-negara Timur Tengah tentang bagaimana Islam dan demokrasi bisa berjalan beriringan.

"Banyak negara Timur Tengah belajar ke Indonesia," kata Romi dalam kuliah umum bertema 'Islam dan Demokrasi di Indonesia' yang dihadiri Rektor UIN Walisongo Muhibbin, para guru besar, anggota DPR RI, dan anggota DPRD Jawa Tengah itu.

Romi melanjutkan, saat ini Indonesia menjadi negara terbesar ketiga dalam pelaksanaan demokrasi setelah Amerika Serikat dan India. Bahkan, dalam pelaksanaan Pilpres di Indonesia dilakukan secara langsung dan lebih maju dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Anggota Komisi III DPR tersebut menjelaskan Islam yang diterapkan di Indonesia merupakan Islam Rahmatan Lil'alamin yang berwajah inklusif. "Islam kebangsaan yang memperjuangkan nilai-nilai keislaman dalam NKRI," tuturnya.

Karena itu, ia menyesalkan banyaknya kelompok Islam yang mengekspresikan wajah fundamentalis dan radikal. Padahal, kelompok tersebut mencoreng wajah Islam toleran. "Islam itu membawa rahmat bagi seluruh alam semesta, bukan untuk menebar kebencian," terang alumnus ITB tersebut.

Di akhir ulasan, Romi juga mengakui bahwa tidak semua unsur demokrasi seirama dengan Islam. Menurut dia, demokrasi yang dikembangkan di Indonesia adalah demokrasi yang berketuhanan, demokrasi yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman.

"Bagi kami suara rakyat adalah suara rakyat, suara Tuhan adalah suara Tuhan. Suara Tuhan di atas suara rakyat. Itulah prinsip Islam-demokrasi yang kita kembangkan," tegasnya.

Agama dan kekuasaan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Agama merupakan pondasi kekuasaan, sementara kekuasaan menjaga agama untuk terus berkembang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement