REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Ketua Dewan Pimpinan Cabang Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) R. Abdullah menyebutkan bahwa apabila tidak dipersiapkan dengan baik, para petani bisa gagal bersaing saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) diberlakukan.
"Kalau sektor pertanian tidak digarap oleh pemerintah. Kalau kita bersaing dengan Thailand, yang namanya duren bangkok, jeruk bangkok, sampai ke ayam bangkok. Dengan demikian jika sektor pertanian tidak mampu bersaing dengan produk-produk Thailand, berarti petani tidak bisa lagi produktif," tutur Abdullah, Jumat (28/8).
Menurutnya, apabila petani tidak bisa lagi produktif di bidang pertanian, nantinya petani akan mencari nafkah ke bidang lain. Dan bidang yang mungkin adalah sektor industri.
"Kalau petani tidak bisa lagi produk, maka petani akan menjadi urbanisasi ke sektor industri. Dan kalau itu terjadi kita akan terjadi rebutan piring nasi antara masyarakat petani dan masyarakat," jelasnya.
Ia sangat menyesalkan sikap pemerintah yang belum memberikan langkah-langkah konkrit untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat. Bahkan tidak memberikan informasi yang cukup terkait MEA.
"Pemerintah kok nggak ada tanda-tanda memberikan langkah-langkah konkrit memberikan perlindungan terhadap masyarakat. Baik masyarakat industri maupun masyarakat petani. Mestinya tugas pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat tentang MEA ini," keluhnya.
Menurutnya, pemerintah harus segera menjelaskan kepada masyarakat mengenai MEA. Karena banyak masyarakat yang tidak mengerti apa untung dan rugi dengan diberlakukannya MEA ini.
"Kalau tidak memberikan informasi mau tidak mau masyarakat tidak pernah tahu apa itu MEA. Ketika tidak tahu mudharatnya maka masyarakat tidak akan menyiapkan diri. Kalau manfaatnya ada, barang-barang murah, produk China Thailand Hongkong saya pikir mungkin ya. Tetapi problem utama kita adalah ketika perusahaan nggak mampu bersaing. Dampaknya pasti PHK besar-besaran," tuturnya.