Jumat 28 Aug 2015 09:14 WIB
Biofarma

Hilirisasi Penelitian Vaksin Nasional

(dari kiri) Dirut Biofarma Iskandar, Menkes Nila Djuwita F Muluk, dan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Mohammad Dimyati saat pembukaan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) 2015 di Jakarta, Rabu (26/8).
Foto: Republika/ Wihdan
(dari kiri) Dirut Biofarma Iskandar, Menkes Nila Djuwita F Muluk, dan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Mohammad Dimyati saat pembukaan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) 2015 di Jakarta, Rabu (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID , JAKARTA--Forum Riset Vaksin Nasional tahun 2015 kembali dilaksanakan pada tanggal 26 – 27 Agustus 2015 di Jakarta. Sesuai dengan namanya, Forum yang sudah terbentuk sejak tahun 2011 silam, terdiri dari para periset/peneliti dari Universitas, Pemerintah dan Industri, khususnya periset dalam bidang Vaksin dan Life-Science, yang berkumpul untuk melakukan pengembangan vaksin baru dalam negeri.  Dalam siaran pers yang diterima Republika, FRVN 2015 dibuka oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nina Moelok, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Iskandar.

Sinergi antar periset bidang Vaksin diberi wadah Forum Riset Vaksin Nasional yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian dan akselerasi atau percepatan, sehingga  penemuan vaksin – vaksin baru yang membutuhkan waktu 15 – 20 tahun bisa lebih cepat diluncurkan ke masyarakat. FRVN 2015 mengangkat tema Hilirisasi Hasil Riset Nasional Bidang Life Science untuk meningkatkan Kualitas Kehidupan Bangsa.

Dalam simposium yang dihadiri oleh sekitar 350 peneliti bidang life-science dari seluruh Indonesia ini, diharapkan penelitian – penelitian yang sedang dilakukan oleh lima konsorsium (TB, Hepatitis B, Dengue, EPO, dan Influenza) dan tujuh working group (HPV, Stem cell, Pnemococus, Pnemonimia, malaria, HIV dan Kebijakan) tidak lagi berada di wilayah riset dasar, tetapi sudah mengarah ke hilir, sehingga dalam beberapa waktu kedepan hasil pengembangan vaksin dapat dirasakan oleh masyarakat. Meski demikian, produk – produk yang sudah mencapai hilir tetap harus melewati tahap – tahap uji klinis terlebih dahulu.

Menurut wakil ketua FRVN 2015 dr. Novilia S. Bahtiar  produk life-science yang dikerjakan oleh peneliti – peneliti ini adalah produk Biologi yang bisa juga digunakan untuk terapi atau pengobatan seperti eritropoietin (EPO), yaitu suatu bio similar untuk terapi anemia yang diberikan kepada penderita penyakit ginjal kronis dan stem cell, “Cakupan penelitian dari forum ini, kami perluas menjadi tidak hanya di vaksin saja, melainkan mulai merambah ke produk yang sifatnya life-science yang meliputi vaksin, stem cell, dan biosimilar yaitu produk biologi yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan,” ujar Novilia.

  Vaksin Hepatitis B Generasi Kedua

 Salah satu konsorsium yang sudah berhasil mencapai tahap hilirisasi dalam pengembangan vaksin adalah konsorsium Vaksin Hepatitis B. Konsorsium ini merupakan kolaborasi dari Bio Farma, Universitas Al – Azhar, dan ITB yang sudah mampu membuat prototipe vaksin Hepatitis B generasi ke-2, berdasakan antigen small HBsAg, dimana Bio Farma sebagai leader dari konsorsium ini dan sebagai penyedia laboratorium untuk semua institusi apabila di institusi yang bersangkutan peralatan atau bahan riset tidak tersedia.

Menurut peneliti dari Bio Farma Neny Nuraeni “Tidak lama lagi akan lahir Vaksin Hepatitis B generasi kedua yang mulai masuk tahap hilirasisi produk,  tim yang mengerjakan riset tersebut sudah mampu membuat prototipe vaksin Hepatitis B generasi ke-2, berdasakan antigen small HBsAg. Proses riset vaksin ini sendiri, menurutnya, melibatkan sejumlah lembaga: Bio Farma, Eijkman, Universitas Al Azhar.

Forum Riset Vaksin Nasional ke 5 ini selain menghadirkan narasumber dari berbagai universitas, juga menampilkan presentasi progres setiap konsorsium dan working group, acara akan diakhiri dengan pemaparan tentang pentingnya Hak Kekayaan Intelektual oleh Dirjen HKI Kementerian Hukum dan HAM, Prof. Dr. Ahmad M. Ramli.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement