Kamis 27 Aug 2015 23:08 WIB
Rupiah Melemah

Puluhan Buruh Tangsel Alami PHK

Rep: C36/ Red: Yudha Manggala P Putra
phk (ilustrasi)
Foto: cbc.ca
phk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ketua DPC Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Nurrochmah, menyatakan lebih dari 50 buruh mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) baru-baru ini. Para buruh merupakan pekerja di sektor ritel dan industri makanan serta minuman.

"Informasi dari sejumlah rekan diapstikan ada 50 buruh yang terkena PHK. Lainnya masih ada tetapi belum bisa kami pastikan jumlahnya," ujarnya saat dikonfirmasi Republika, Kamis (27/8) petang.

Pihaknya memperkirakan jumlah tersebut semakin bertambah ke depannya. Sebab, belum bisa dipastikan pergerakan nilai tukar rupiah bakal menguat atau semakin melemah.

Pihaknya menilai, PHK sebenarnya sudah bisa dirunut sejak kenaikan BBM beberapa waktu lalu. Nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga kisaran Rp 14.050 semakin memicu meningkatnya jumlah pekerja yang di-PHK.

Terkait fakta saat ini, SPSI menyatakan akan menempuh langkah advokasi. Jika langkah advokasi dengan jalur hukum tidak memberikan solusi, pihaknya tetap akan melakukan aksi.

"Akan kami maksimalkan advokasi dulu. Kami juga berharap pemerintah mengambil sikap tegas untuk mengatasi gelombang PHK," tegasnya.

Terkait rencana aksi pada 1 September mendatang, pihaknya mengkonfirmasi jika sejumlah buruh Kota Tangsel akan mengikuti kegiatan tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum Federasi Serikat Buruh Karya Utama (FSBKU) Kota Tangerang, Koswara, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan jumlah buruh yang mengalami PHK. Saat ini, kabar tersebut diakuinya masih simpang siur.

Hanya saja, pihaknya sudah menerima aduan dari sejumlah pekerja yang didekati oleh perusahaan. Perusahaan tersebut mulai khawatir terhadap dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap insdustri mereka. Terlebih, pada akhir tahun ini akan ada kenaikan upah bagi para buruh.

"Perusahaan mulai menyampaikan kekhawatiran, tetapi belum mengambil sikap," ujarnya kepada Republika.

Dirinya mengakui, sejumlah industri di Kota Tangerang memang sedang lesu. Industri kimia dan industri garmen paling banyak menerima dampak melemahnya rupiah.  "Intinya, industri yang bahan bakunya impor tetapi penjualannya lokal sangat merasakan dampaknya," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement