Rabu 26 Aug 2015 10:04 WIB

Ekonomi Melemah, Aher: Insya Allah Kejadian 1998 tak Akan Terulang

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bayu Hermawan
Aher, gubernur dengan seabreg prestasi.
Foto: dok Humas Pemprov Jabar
Aher, gubernur dengan seabreg prestasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta masyarakat untuk tidak panik menghadapi permasalahan ekonomi saat ini. Ia yakin melemahnya nilai tukar rupiah tidak akan membuat terjadinya krisis moneter seperti kasus tahun 1998.

"Sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, saya mengklarifikasi berbagai hal, termasuk informasi simpang siur yang meresahkan," ujar pria yang akrab disapa Aher, Rabu (26/8).

Menurutnya, keyakinan tersebut sesuai keterangan pihak berkompoten seperti Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Perekonomian, dan BPS, dan krisis monoter 1998. "Insya Allah kejadian 1998 takkan terjadi tahun ini," katanya.

 

Begitu juga, kata dia, dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat Triwulan II-2015 dibanding Triwulan II-2014 (year-on-year) tumbuh 4,88 persen. Tapi Ekonomi Jawa Barat Triwulan II-2015 terhadap triwulan sebelumnya meningkat sebesar 3,16 persen (quarter-to-quarter). LPE Jabar, 4,88 di atas LPE Nasional triwulan II 2015 sebesar 4,67 persen.

"Oleh karena itu lah kami harapkan masyarakat tidak merasa khawatir, Insya Allah ekonomi akan semakin membaik," katanya.

Aher mengatakan, ada beberapa alasan lain yang membuat ekonomi sekarang beda dengan tahun 1998. Seperti halnya, cadangan devisa negara per Juli 2015 mencapai 107 miliar dollar amerika, ini cukup untuk memenuhi kebutuhan impor selama tujuh bulan.

"Sementara di tahun 1998 lalu, cadangan devisa tersisa hanya 14,44 milyar dollar AS, sehingga fundamen ekonomi negara lebih ringkih kala itu," jelasnya.

Selain itu, kata dia, indeks harga saham gabungan, IHSG di Indonesia Stock Exchange, per 25 Agustus 2015 memang melemah ke 4.163,73 poin. Namun pelemahan ini masih tetap kuat dibandingkan dengan IHSG per 15 September 1998 sebesar 292,12 poin. Begitu juga dengan kapitalisasi pasar modal yang menciut drastis dari Rp 226 trilyun menjadi Rp 196 trilyun pada awal Juli 1998.

"Sementara kapitalisasi pasar di akhir Agustus 2015 berada masih tinggi yakni Rp 4.310 triliun," katanya.

Selama periode Januari-Juni 1998, kata dia, ekspor migas anjlok sekitar 34,1 persen dibandingkan periode sama 1997, sementara ekspor nonmigas hanya tumbuh 5,36 persen. Sementara periode Januari hingga Juni 2015, ekspor migas dan non migas keduanya turun.

"Namun tidak seanjlok waktu itu masing-masing 12,81 persen dan 6,5 persen dibandingkan Januari-Juni 2015," ujarnya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement