Rabu 26 Aug 2015 09:00 WIB

Setelah Reformasi 1998, Indonesia Kehilangan Roh Kebangsaan

Ketua MPR sekaligus Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua MPR sekaligus Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menyatakan setelah adanya Reformasi tahun 1998, Indonesia banyak kehilangan roh dan karakter kebangsaan, sehingga perlu ada terobosan untuk menumbuhkannya kembali.

"Kalau dulu, ada lembaga tersendiri yang melakukan sosialisasi, bahkan penataran yang khusus memberikan pemahaman dan menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan penghayatan terhadap Pancasila. Karena itu, saat ini perlu dihidupkan kembali lembaga yang bertugas melakukan sosialisasi dan membangun karakter kebangsaan," kata Zulkifli Hasan di Malang, Selasa (25/8).

Zulkifli mengatakan hal itu usai menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional 'Strategi Menangkal Gerakan Transnasional Radikal demi Integrasi Bangsa' di gedung A3 Universitas Negeri Malang (UM).

Ketua Umum PAN itu juga mengajak untuk menghidupkan kembali keberadaan lembaga yang bertugas melakukan sosialisasi dan membangun karakter serta roh kebangsaan seperti Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7). Pascareformasi, katanya, peran sosialisasi seperti 4 pilar (Pancasila, UUD RI 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika) dilaksanakan oleh MPR.

"Kalau MPR sendiri jumlahnya cuma 600 orang pasti gak akan berhasil. Saya kira ini harus kita kembalikan seperti Badan Manggala BP7, walaupun metodenya disesuaikan dengan perkembangan zaman," ujarnya.

Menurut dia, lembaga seperti BP7 harus diadakan lagi dengan metode yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Sekarang anak-anak muda kan lain, kita sempurnakan cara-caranya, bisa disesuaikan dengan daerah atau dengan kampus," ujar Zulfikli.

Ia mengatakan metode pembelajaran yang sekarang tidak seperti dulu atau belajar mengajar lagi karena sudah ada media sosial dan memberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan masyarakat. "Metodenya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman seperti sekarang ini," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement