Rabu 26 Aug 2015 07:45 WIB

Jokowi Minta Kebijakan tak Dikiriminalisasi, Ini Tanggapan ICW

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Bilal Ramadhan
Pelaksana tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi bersama Kooerdinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo saat menjadi pembicara pada diskusi peringatan HUT ICW ke-17 di Jakarta, Rabu (29/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pelaksana tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi bersama Kooerdinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo saat menjadi pembicara pada diskusi peringatan HUT ICW ke-17 di Jakarta, Rabu (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Indonesia Corrouption Watch (ICW), Adnan Topan Husodo menilai rendahnya serapan anggaran oleh Pemerintah Daerah (Pemda) tidak serta merta karena takut dipidana. Menurut Adnan, yang terjadi di lapangan karena Pemda memang tidak memiliki program konkrit.

"Jadi tidak bisa dipukul rata," ujar Adnan, saat dihubungi Republika, Selasa (25/8).

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada aparat hukum untuk tidak mengkriminalisasi kebijakan. Hal tersebut dinilai Jokowi menjadi penyebab serapan anggaran di daerah rendah.

Namun, Adnan juga tidak menampik jika serapan anggaran yang rendah karena ketakutan kepala daerah dipidana akibat kebijakan yang dibuatnya. Fakta tersebut juga ada di lapangan.

Menurut Adnan, Jokowi tidak perlu meminta kepada aparat hukum agar tidak mengkriminalisasi kebijakan. Adnan justru berpendapat bahwa profesionalisme aparat penegak hukum ditingkatkan.

Pasalnya, aparat penegak hukum maupun publik dapat melihat sendiri dimana kebijakan yang terdapat unsur pidana. Sebab itu, Adnan menegaskan, Jokowi perlu mendorong kinerja aparat hukum untuk bekerja profesional. "Jadi kepala daerah tidak perlu takut," kata Adnan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement