REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masih memiliki banyak celah dan kekurangan sehingga dimanfaatkan para pelaku kejahatan siber. Salah satu penyebab yang menjadikan Indonesia sebagai lokasi favorit kejahatan siber adalah prasarana perbankan yang kurang aman.
"Misalnya lebih dari 80 persen mesin ATM di Indonesia masih memakai Windows XP, padahal Microsoft sudah menghentikan dukungan keamanannya," ujar pakar keamanan siber dan komunikasi, Pratama Persadha dalam siaran pers yang diterima ROL, Senin (24/8).
Kita tentu berharap orang asing yang masuk ke Indonesia memiliki tujuan baik seperti urusan bisnis, wisata, ataupun aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kejahatan. Sayangnya harapan tersebut masih terkendala akibat adanya sekelompok orang asing yang menjadikan Indonesia sebagai lokasi favorit kejahatan siber.
Beberapa waktu lalu, terungkap kasus pemerasan yang dilakukan warga asing yang tinggal di Indonesia. "Ini hanya salah satu contoh, masih ada pembobolan ATM maupun kartu kredit yang dilakukan warga asing di Indonesia," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Riset CISSReC ini.
Pihaknya berharap aparat penegak hukum bisa segera memperbaiki kelemahan berbagai prasarana yang dimanfaatkan para pelaku kejahatan siber. Dukung pemerintah juga dibutuhkan untuk menutup celah ini.
Di 2015 ada beberapa kasus warga negara asing ditangkap yang ditangkap karena melakukan kejahatan siber dari wilayah Indonesia. Di Bali beberapa warga dari Eropa Timur ditangkap karena melakukan pembobolan ATM milik warga Eropa dan Amerika Serikat yang sedang berlibur.
Lalu ada juga penangkapan 30 warga Tiongkok di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, dengan dugaan melakukan pemerasaan dan kejahatan kartu kredit.