Kamis 20 Aug 2015 23:55 WIB

Kapal Nelayan Bertenaga Surya dan Tingginya Biaya Pengadaan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Listrik tenaga surya
Foto: VOA
Listrik tenaga surya

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Para nelayan kecil boleh berharap bisa melaut tanpa harus dipusingkan dengan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.

 

Karena kapal nelayan dengan penggerak mesin bertenaga surya sukses diujicobakan. Namun untuk ukuran nelayan dengan kapasitas tangkap kecil harga kapal ini masih terlalu tinggi.

 

Hal ini terungkap dari uji coba kapal nelayan bertenaga surya yang dilaksanakan di dermaga Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Kamis (20/8).

 

Adalah Torqeedo, Starnberg, sebuah produsen kelistrikan asal Negara Jerman yang menguji cobakan kapal temple bertenaga surya ini.

 

M Manyur (37), nelayan asal Desa Moro, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak mengakui, setelah mengoperasionalkan kapal yang diujicobakan ini memiliki nilai lebih.

 

“Tak ada ledakan knalpot, bau bahan bakar, tak ada asap hitam yang membuat kapal menjadi kotor dan kumuh,” ujarnya beberapa saat setelah merapat di dermaga Pelabuhan Tanjung Emas.

 

Bahkan, meski lebih banyak panel instrumen iapun mengaku tidak sulit untuk mempelajari. Karena ia hanya butuh waktu training tiga hari untuk mengoperasionalkan kapal yang diujicobakan ini.

 

Hanya saja, untuk mewujudkan satu unit kapal bertenaga surya ini biayanya boleh dibilang masih cukup mahal. “Terutama jika dibandingkan dengan kapal yang sama berbahan bakar solar,” katanya.

 

Perihal ketidakbisingan kapal ini diamini oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang hadir langsung dalam uji coba kapal bertenaga surya ini. “Betul-betul tidak ada suaranya, yang terdengar hanya suara putaran propeler pendorong kapal yang beradu dengan air,” ungkapnya.

 

Meski dalam taraf ujicoba, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyambut baik langkah yang menggunakan energi terbarukan ini. Namun gubernur juga mengamini masih sangat besar modal yang harus dikeluarkan nelayan untuk bisa memiliki kapal ini.

 

Mesin dan solar sell nya harganya mencapai Rp 250 juta dan belum termasuk perahu. “Tapi dalam hitungan kasar modal ini bisa balik setelah tiga tahun,” katanya.

 

Karena modalnya harus ratusan juta rupiah, tambah Ganjar, maka harus ada uluran tangan atau kemudahan akses perbankan.

 

Sebab mesin, panel sollar sell dan piranti lainnya semu produk dari Torqeedo, Starnberg, Jerman. Saat ini di Jawa Tengah ada 10.600 kapal penangkap ikan.

 

Bila nelayan berminat menggunakan kapal tenaga surya dalam jumlah banyak, maka bisa saja mesin masih dari Jerman, namun solar sell diproduksi di negeri sendiri.

 

Semua untuk menekan harga agar nelayan bisa membeli. “Apalagi sollar sell itu bisa bertahan hingga 25 tahun,” tambah gubernur.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement