REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan fenomena El Nino yang terjadi saat ini menjadi salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera meluas.
"Pada Juli lalu, El Nino masih belum parah, namun saat ini telah terus meningkat sehingga memang memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di Sumatera. Namun tidak signifikan," kata Analis BMKG Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Slamet Riyadi, Kamis (20/8).
Ia menyatakan, fenomena El Nino menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga memicu bermunculannya titik panas (hotspot) yang diduga peristiwa kebakaran hutan dan lahan di Sumatera termasuk di Riau.
Ia mengatakan, saat ini dampak tidak signifikan El Nino terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera, namun untuk di Riau kondisi panas terjadi di bagian selatan.
"Seharusnya pada akhir Agustus ini sebagian besar Riau sudah memasuki awal musim hujan, namun belum merata," katanya.
Musim hujan kata dia bergerak pada wilayah Rau bagian utara meliputi Kota Dumai dan Rokan Hilir serta sebagian Bengkalis. Namun peluang hujan belum merata dan intensitasnya antara ringan sampai dengan sedang.
Nantinya, lanjut dia, pada Oktober musim hujan akan meluas hingga sebagian wilayah Riau lainnya termasuk daerah-daerah di selatan hingga kemudian mencapai bagian tengah meliputi Kota Pekanbaru, Kampar, Pelalawan dan Siak.
Sebelumnya menurut citra Satelit Modis menggunakan Sensor Terra dan Aqua, BMKG mengayakan terjadi peningkatan jumlah titik panas yang signifikan di Riau.
"Pagi tadi titik panas di Riau ada lebih 90 titik tersebar di sejumlah wilayah dan merata," katanya.