REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo untuk pertama kalinya sejak menjabat sebagai Kepala Negara memimpin peringatan detik-detik proklamasi yang berlangsung di Istana Merdeka Jakarta, Senin (17/8).
Peringatan detik-detik kemerdekaan dalam rangka ulang tahun kemerdekaan RI ke-70, berlangsung pada pukul 10.00 WIB ditandai dengan bunyi sirine dan dentuman meriam 17 kali menandai pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta 70 tahun yang lalu pada jam yang sama.
Sesuai dengan urutan tata upacara peringatan detik-detik proklamasi di halaman Istana Merdeka, setelah dentuman meriam, dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ketua DPR Setya Novanto dan pengibaran duplikat bendera Pusaka oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) kelompok Sadewa.
Mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki duplikat bendera pusaka Velicia utusan dari Provinsi Banten. Pesawat tempur TNI Angkatan Udara juga melakukan terbang lintas melewati halaman Istana Merdeka Jakarta.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung kepada wartawan mengatakan Presiden Joko Widodo telah meminta kepada jajaran kabinet untuk mempersiapkan peringatan kemerdekaan RI jauh-jauh hari sebelumnya di tahun-tahun mendatang.
"Tadi sebelum acara dimulai, Presiden memberikan arahan agar proses (peringatan-red) kemerdekaan itu bukan dipersiapkantiga hingga empat bulan sebelum acara, tapi dipersiapkan dari saat ini. Sehingga beliau memberi arahan untuk kita segera bentuk panitiannya. Dan acara kemerdekaan ini mungkin tahun depan akan beda dengan tahun sekarang," katanya.
Seskab mengatakan Presiden mengharapkan kemeriahan di Jakarta juga terjadi di berbagai daerah, sehingga Presiden akan memerintahkan para menteri hadir di daerah pada peringatan hari kemerdekaan tahun depan.
"Karena ada kemugkinan perayaan itu bisa di berbagai tempat di daerah dan juga nanti menterinya itu disebar ke berbagai provinsi, jadi tidak hanya terfokus di Jakarta, tapi betul-betul Provinsi itu merasakan kemerdekaan," kata Seskab.
Pramono mengatakan belum diputuskan apakah tahun depan Presiden atau Wakil Presiden yang memimpin upacara di Jakarta, namun memang upacara di Jakarta tetap ada karena para diplomat dan perwakilan negara sahabat berada di Jakarta.
"Yang jelas di sini kan karena ada para diplomat dan lain sebagainya (upacara-red) tentu tetap diadakan, tapi para menteri mungkin tidak lagi di Jakarta," kata mantan Sekjen PDIP itu.