REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SDM Indonesia dinilai siap mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Ketua Tim Peninjau Peraturan Nuklir dari Badan Atom Dunia atau "IRRS Mission", Carl-Magnus Larsson mengatakan Indonesia sudah mempunyai reaktor nuklir sejak berpuluh tahun yang lalu.
Reaktor yang dimaksud Larsson adalah Reaktor Serba Guna GA Siwabessy yang terletak di Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Meski demikian, Larsson menjelaskan untuk pembangunan PLTN memerlukan waktu setidaknya 10 tahun baru kemudian terhubung ke koneksi Jawa-Madura-Bali. "Oleh karena itu, harus mulai disiapkan sejak sekarang," kata dia, baru-baru ini.
Dari segi pengawasan, Larsson juga menilai sumber daya Indonesia juga mampu. Hasil kunjungan IRRS Mission selama 12 hari di Tanah Air juga tak ada memberikan catatan negatif mengenai pengawasan nuklir di Tanah Air. IRRS Mission hanya memberikan beberapa saran dan rekomendasi mengenai pentingnya strategi dan kebijakan nasional serta koordinasi antara Bapeten dengan lembaga lainnya. Disinggung mengenai banyaknya penolakan yang mewarnai rencana pembangunan PLTN, Larsson menegaskan bahwa hal tersebut dapat diatasi dengan sikap dan strategi politik yang jelas.
"Paling penting di antara semua itu adalah transparansi," kata Larsson.
Kepala Bapeten, Jazi Eko Istiyanto mengatakan sulit untuk memulai pembangunan PLTN jika harus menunggu persetujuan publik hingga 100 persen. Sejauh ini, berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga independen menyebutkan penerimaan publik terhadap PLTN sudah mencapai 72 persen. "Saya kira mengapa tidak jalan saja. Kalau menunggu hingga 100 persen, mungkin uranium kita sudah habis," kata Jazi.