REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, Andi Jap menyarankan masyarakat untuk tidak langsung menggunakan air hujan yang pertama turun setelah musim kemarau untuk kosumsi. Dijelaskannya, air tersebut mengandung banyak partikel yang berbahaya bagi kesehatan.
"Seperti yang kita ketahui, sebagian besar masyarakat Kalbar menggunakan air hujan untuk konsumsi. Namun ada baiknya jika air hujan yang pertama turun setelah musim kemarau tidak langsung digunakan karena berbahaya bagi kesehatan," kata Andi Jap di Pontianak, Kamis (13/8).
Menurutnya, Kalbar memang memiliki kondisi cuaca yang tidak tetap, di mana antara musim hujan dan kemarau berlangsung tidak terlalu lama karena Kalbar masuk dalam kawasan Equatorial. Namun, saat musim kemarau, meski tidak berlangsung lama, kata dia, biasanya kesempatan itu digunakan beberapa masyarakat untuk melakukan pembakaran lahan, baik untuk pertanian maupun industri.
"Asap dari pembakaran lahan itu jelas akan mempengaruhi kondisi air hujan yang turun, terlebih biasanya saat musim asap, lalu turun hujan, warna air hujan yang ditampung akan berubah menjadi keruh. Hal itu dikarenakan air hujan yang turun tersebut terkontaminasi dengan partikel debu hasil dari pembakaran lahan dan jelas berbahaya bagi kesehatan," tuturnya.
Untuk itu, dia menyarankan agar air itu tidak digunakan untuk kosumsi, kalau perlu tidak ditampung dalam penampungan air. Dia menyebutkan, beberapa penyakit dapat disebabkan air hujan yang tercampur bakteri seperti Diare, Disentri dan lain sebagainya.
"Jika ingin menampung air hujan, sebaiknya mengambil air yang turun pada hari berikutnya. Jangan lupa juga selalu merebus air hujan jika akan diminum," kata dia.