Rabu 12 Aug 2015 23:55 WIB

Esok, Soto Mi Bogor Kembali Berdaging

Rep: C34/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Antara
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Empat hari, tak ada daging dalam menu soto mi Bogor yang dijual Suyati. Pasalnya, pedagang makanan di Jalan Juanda, Kota Bogor, itu tak mendapatkan daging sapi di manapun.

Lapak penjual daging di Pasar Anyar tempat ia biasa berbelanja, kosong melompong. Aksi mogok Rumah Potong Hewan (RPH) se-Jabodetabek sejak Ahad (9/8) membuat mereka tak bisa berjualan.

"Pembeli sudah pada tahu. Mereka biasanya bilang: lagi demo ya Bu, nggak ada dagingnya," ujar Suyati menirukan kalimat para pelanggannya.

Kepada Republika, Rabu (12/8), Suyati berkata ia bersyukur demo tersebut akan segera berakhir. Menurutnya, tak lengkap rasanya menu soto mie tanpa daging.

Selain soto mie, ibu yang akrab disapa Yati itu berjualan pula bakso dan soto daging. Tentu saja daging sapi menjadi bahan paling krusial dalam menu yang ada di warungnya.

Akan tetapi, Yati sudah menyiapkan stok bakso yang cukup banyak. Berbeda dengan daging untuk soto, bakso lebih tahan lama dan bisa disimpan. "Beberapa hari ini yang beli soto mie dagingnya diganti bakso," ujarnya.

Dalam sehari, Yati membutuhkan tiga sampai 4,5 kilogram daging. Selain daging sapi impor, ia juga memerlukan bahan daging tetelan untuk soto dagingnya.

Yati menginformasikan, harga daging tetelan relatif lebih murah. Ia biasa membeli Rp 85 ribu per kilogram setelah naik dari harga Rp 70 ribu.

Sedangkan harga daging sapi untuk soto mie seharga Rp 130 ribu dari harga normal Rp 100 ribu per kilogram. Ibu 55 tahun asal Solo itu menggeleng-gelengkan kepala terhadap kenaikan harga. "Semuanya naik terus, sayur dan cabai juga, bagaimana mau dapat untung," tuturnya.

Suyati yang berdomisili di Lebak Kantin itu, mengaku fluktuasi harga memengaruhi omzetnya yang tak tentu. Terkadang, penurunan bisa sampai dua kali lipat.

Namun, semangat wirausaha nenek dua cucu itu tak surut. Usai ditinggal wafat suaminya 12 tahun silam, ia tinggal bersama kedua anaknya.

Selama 30 tahun berjualan di lokasi tersebut, Suyati menganggap naik turunnya harga adalah dinamika. Tapi ia ingin pemerintah bisa turut andil menyediakan stok pangan seperti daging, juga menstabilkan harga. "Mudah-mudahan besok pagi daging sudah ada di pasar. Semoga harga turun biar untung kami bisa ada lebihnya," ujar Yati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement