REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAARTA -- Ketua STIMIK Amikom Yogyakarta, Suyanto optimistis jika Indonesia bisa menjadi pusat industri animasi dunia di 2025. Guru besar STIMIK Amikom ini sudah memiliki rencana mewujudkan hal itu.
Setelah peluncuran battle of Surabaya hingga 2017 mendatang, pihaknya ingin menyiapkan fasilitas mesin dan peralatan film animasi layar lebar secara lengkap serta memiliki database studio dan animator di Indonesia.
Setelah databse itu ada, pada periode 2018-2020 pihaknya ingin melakukan kerjasasama dengan para animator Indonesia untuk bersama meningkatkan kemampuan dan produksi film berkelas dunia serta pemeuhan hak kekayaan intelektual.
Setelah itu, dia berharap pada 2021-2025 Indonesia sudah menjaid center of World Class Animated Feature Film industry. Langkah menuju hal tersebut menurutnya membutuhkan beberapa strategi.
Strategi yang bisa ditempuh menurutnya antara lain dengan melakukan pendidikan dan dan pelatihan animasi di Perguruan Tinggi dan sekolah, menyelenggarakan festival dan kompetisi yang diadakan oleh perguruan tinggi dan sekolah yang didukung pendanaannya dari Pemerintah.
Selain itu dengan pembuatan taman asnimasi di Perguruan Tinggi dan sekolah serta memberikan bantuan pada perguruan tinggi dan sekolah animasi.
Strategi dari sisi produksi bisa dilakukan melalui bantuan pemerintah dengan system chanelling. Dalam proses ko-produksi bisa dilakukan dengan mitra global untuk melakukan ko produksi dengan pasar global sebagai pasarnya.
Untuk mendukung ko produksi pemerintah memberikan garansi kepada pihak yang mengajak produksi agar lebih efektif. Selain itu perintah harus melakukan regulasi untuk memberikan kuota pada film animasi lokal pada televisi nasional/berjaringan.
Sedangkan strategi di bidang pemasaran bisa dilakukan dengan bantuan pemerintah melalui branding dan chanelling. Branding dilakukan dengan fasilitas dario pemerintah agar perusahaan animasi bisa memiliki HAKI.
Sedangkan dari sisi chanelling, pemerintah bisa mendirikan kantor pusat pemasaran diluar negeri seperti halnya yang dilakukan Korea. Mendaftarkan perusahaan animasi local ke assosiasi dunia, mengikutsertakan film animasi karya anak bangsa ke festival internasional dan membantu promosi ke pasar global.
“Dari sisi pendanaan, pemerintah juga bisa ikut membantu melalui beberapa skema bantuan dana seperti halnya yang dilakukan negara lain. Jika ini bisa diwujudkan maka tidak ada yang mustahil jika Indonesia bisa menjadi pusat industri animasi dunia,” katanya.