Senin 10 Aug 2015 23:50 WIB

Sentra Peternakan Sapi Diprediksi Berkurang

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang peternak menjual sapi bakalannya di Pasar Sapi Tumpang, Malang, Jawa Timur.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto/ss
Seorang peternak menjual sapi bakalannya di Pasar Sapi Tumpang, Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sentra peternakan sapi dikhawatirkan akan berkurang pada tahun-tahun ke depan. Saat ini Indonesia hanya memiliki enam sentra peternakan sapi, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan Sulawesi Selatan.

Namun sentra peternakan sapi di Jateng dan Jatim diprediksi akan bernasib sama seperti gudang beras di Karawang-Bekasi. Ketua Asosiasi Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring mengatakan Karawang dan Bekasi yang dulunya adalah gudang  pasokan beras di Jawa Barat, kini berubah menjadi gudang industri.

“Perubahan lahan untuk pertanian ke non pertanian sangat cepat di Jawa. Kalau sentranya berkurang, mau ditampung dimana nanti sapinya,” ujarnya kepada ROL, Senin (10/8).

Pemerintah diimbau jangan terlalu bernafsu untuk swasembada sapi. Pemerintah harus melihat secara keseluruhan. “Indikasinya adalah kuota sapi lokal yang sudah berkurang,” ucap Thomas.

Kementerian Pertanian (Kementan) pernah salah hitung dalam program swasembada daging sapi (PSDS) 2010-2014. Alhasil program tersebut pun gagal dan harga daging kala itu melonjak. Sejak 2011 hingga 2013 kuota sapi diperketat. Pemerintah harus realistis dan  jangan salah hitung karena hanya akan merendahkan kredibilitasnya. “Masa begitu banyak profesor doktor  tapi salah hitung terus,” protesnya.

Berdasarkan data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, populasi sapi menurun hingga dua juta lebih. “Sekarang malah ingin membatasi impor, padahal sapinya tidak cukup,” kata Thomas.

Mentan menyebut bahwa stok sapi cukup hingga empat bulan ke dapan. Namun Thomas meminta pemerintah kembali menghitung ketersediaan tersebut. Tingginya harga daging saat ini menurutnya sebagai dampak dari kebijakan pemerintah. “Pemerintah mau swasembada lalu membatasi impor makanya harganya naik yang rugi kan konsumen,” ucapnya.

Permasalahan swasembada juga terhalang lahan yang terbatas. Ia memperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan sentra peternakan sapi di NTB, NTT dan Bali akan berkurang karena di tiga wilayah tersebut akan menjadi destinasi turis dunia. “Pemerintah juga tidak berencana membangun sentra produksi sapi baru. Bagaimana mau swasembada,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement