Senin 10 Aug 2015 17:15 WIB

Kalimantan Didorong tak Bergantung SDA Mentah

Rep: Binti Sholikah/ Red: Djibril Muhammad
 Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers?terkait suku bunga acuan (BI Rate) di Jakarta, Selasa (17/2).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers?terkait suku bunga acuan (BI Rate) di Jakarta, Selasa (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Pemerintah mendorong industrialisasi dan hilirisasi di Kalimantan agar tidak bergantung pada sumber daya alam mentah. Sehingga bisa mendorong ekspor barang jadi dan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. 

Bank Indonesia akan melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat serta pemerintah daerah se-Kalimantan di Balikpapan, Selasa (11/8). Koordinasi tersebut terkait mendorong hilirisasi dan industrialisasi di Kalimantan.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, Sumatera dan Kalimantan paling terkena dampak penurunan harga komoditas dunia. Oleh sebab itu, Bank Indonesia melakukan koordinasi untuk mencari solusi permasalahan tersebut.

Sebelumnya, Bank Indonesia sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah se-Sumatera di Palembang beberapa waktu lalu.

"Kita tidak bisa menghindari harga-harga minyak dunia sedang jatuh dan harga komoditas jatuh, tapi kita perlu merespons dengan baik. Salah satunya, investasi di sumber daya manusia, harapannya agar membuat Kalimantan maju dan memiliki daya saing yang baik," jelas Agus di Balikpapan, Senin (10/8).

Menurutnya, banyak sekali potensi di Kalimantan yang menonjol. Namun, selama ini Kalimantan mengandalkan sumber daya alam mentah sehingga langsung terkena dampak penurunan harga komoditas.

Respons pemerintah adalah dengan melakukan melakukan transformasi agar tidak terperangkap sumber daya alam mentah. Selain itu, perlunya menjaga inflasi, karena di Kalimantan ada beberapa daerah yang inflasinya lebih tinggi dibanding nasional.

"Kita perlu industrialisasi untuk bisa membuat nilai tambah dari komoditi kita sehingga nanti bisa menciptakan lapangan kerja, bisa menyebabkan ekspor yang lebih berkualitas dan membuat ekonomi kita lebih kuat karena impor lebih kecil dari ekspor," terang Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement