REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror menunggu perintah dari Ketua DPD Demokrat Jawa Timur Soekarwo untuk maju sebagai calon wali kota dalam pilkada Surabaya yang pendaftarannya diperpanjang pada 9-11 Agustus 2015. Hingga kini, pilkada Surabaya baru diikuti pasangan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana yang diusung PDIP.
"Saya tunggu perintah. Saya sudah kirim SMS (pesan singkat) ke Pakde Karwo (Ketua DPD Demokrat Jatim, Soekarwo), tapi belum direspons, namun Bonie (Sekretaris DPD Demokrat Jatim, Boni Laksamana) sudah telepon saya," kata Abror di Surabaya, Sabtu (8/8).
Menurut dia, Sekretaris Demokrat Jatim masih tetap sepakat jika Abror tetap maju lewat Demokrat. Hanya saja, lanjut dia, pihaknya menunggu perintah langsung dari Ketua DPD Demokrat Jatim Soekarwo.
Saat ditanya bagaimana dengan PAN, Abror mengatakan PAN masih mendukung dirinya untuk maju kembali setelah pendaftarannya sebagai cawali bersama cawawali Haries Purwoko di KPU Surabaya pada 3 Agustus 2015 gagal karena tidak memenuhi syarat.
Mengenai wacana duet Abror dengan Warsito (Sekretaris DPC Hanura Surabaya), Abror mengatakan itu baru wacana karena semua itu masih dalam penjajakan. Begitu juga saat ditanya apakah dirinya cocok jika maju bersama Warsito, Abror mengatakan ia tidak punya pilihan untuk memilih karena semua itu berada di tangan partai politik.
"Saya tidak bisa memilih, saya juga tidak punya pilihan," kata mantan pimpred di sejumlah media massa di Surabaya tersebut.
Sementara itu, informasi yang dihimpun Antara menyebutkan PAN menginginkan Abror diusung kembali oleh PAN dan Demokrat dengan pertimbangan lebih simpel karena sudah memenuhi syarat 10 kursi di DPRD untuk mengusung calon.
Hanya saja, sampai saat ini PAN masih menunggu sikap resmi Demokrat untuk berkoalisi kembali. Belum lagi pembahasan seputar calon wakil wali kotanya yang akan mendampingi Abror. Jika wacana yang berkembang saat ini, Abror akan berpasangan dengan Warsito.
"Problemnya rumit. Misalnya Warsito mau, kemudian Demokrat tidak setuju. Jadi yang memungkinkan PAN dan Demokrat akan mengusung cawawali lain," kata sumber yang namanya enggan disebut.
Namun jika PAN bergeser berkoalisi dengan PKB tentunya syaratnya masih kurang karena hanya 9 kursi. "Harapannya Nasdem, tapi Nasdem menyatakan diri abstain," katanya.
Selain itu, jika PAN berkoalisi dengan PKB, tentunya harus menerima calon yang diusung PKB yakni Syamsul Arifin. "Tapi apakah PAN berkenan, jika cawali yang diusung adalah Syamsul, apalagi saat ini PKB ngotot calonnya adalah syamsul," ujarnya.