REPUBLIKA.CO.ID, “Alam memberikan kemampuan, keberuntungan melengkapinya dengan peluang dan kesempatan.” (Francois de la Rochefoucauld 1613-1680, penulis klasik Prancis).
Akhir Juli 2015. Ignasius Jonan pasang wajah sumringah di hadapan para wartawan. Menteri Perhubungan itu senang lantaran angka kecelakaan mudik 2015 menurun. Rasa terimakasih pun dia sampaikan kepada sejumlah pihak, salah satunya untuk BMKG.
Jonan bilang BMKG punya andil penting dalam pengamanan mudik lebaran. Dia mencontohkan saat erupsi Gunung Raung di Jawa Timur berlangsung, kepala BMKG tidak henti mengirimkan pesan singkat kepadanya. Sejumlah informasi penting seperti arah dan kecepatan angin di sekitar kawasan Gunung Raung menjadi pijakan Jonan mengambil kebijakan. “Kepala BMKG ini seperti juru bicara Yang Maha Kuasa. Saya terimakasih sekali,” kata Jonan di kantor Kementerian Perhubungan (28/7) lalu.
Kepala BMKG Andi Eka Satya merasa tidak pantas mendapat pujian dari Jonan. Kepada Republika, Kamis (7/8) malam, Andi mengaku hanya berusaha melaksanakan tugas. Andi menjelaskan debu vulkanik yang disemburkan Gunung Raung bisa membahayakan pesawat terbang. Sehingga memberi informasi akurat tentang arah angin dan sebaran debu menjadi keharusan yang tak bisa dia abaikan.
“Informasi itu diberikan kepada pejabat berwenang, supaya mereka melakukan proses evakuasi untuk mitigasi dan risiko bencana,” kata Andi.
Andi mengatakan BMKG memang punya fungsi strategis dalam banyak bidang. Bukan sekadar menginformasikan kondisi cuaca untuk kepentingan dunia penerbangan. BMKG juga berfungsi sebagai pemberi peringatan dini bencana alam, pengefektifan penanganan bencana alam, mewujudkan swasembada pangan, dan menunjang sejumlah program nasional yang dicanangkan pemerintah.
Apa yang disampaikan Andi sejalan dengan harapan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo. Dalam Rapat Koordinasi Nasional BMKG di Jakarta Selasa (5/5), Indroyono mengatakan BMKG bisa meningkatkan peluang penghasilan petani. Caranya dengan membantu petani mengatur musim tanam yang tepat. Hal ini untuk mengurangi potensi kerugian petani yang diakibatkan faktor perubahan cuaca.
“BMKG harus lebih berperan pada prioritas nasional, terutama di sektor-sektor yang sangat peka terhadap cuaca dan iklim, seperti kedaulatan pangan, energi, dan kemaritiman,” kata Indroyono dalam pidato pembukaannya.
Tidak cuma berguna bagi petani. Informasi prakiraan cuaca dan iklim yang disajikan BMKG juga bermanfaat untuk pemerintah. Indroyono mengatakan informasi BMKG bisa dimanfaatkan pemerintah untuk menyusun langkah adaptasi dan kebijakan antisipasi yang diakibatkan dampak buruk cuaca maupun iklim. Bahkan, imbuh Indroyono, informasi BMKG juga bisa dimanfaatkan oleh nelayan dan para pemangku kepentingan pariwisata. Nelayan misalnya bisa mengetahui kapan saat yang tepat melaut. Sedangkan wisatawan bisa mengetahui kapan waktu terbaik berselancar di atas gelombang laut.
Lalu bagaimana BMKG bekerja menjalankan semua fungsinya? Andi menjelaskan lingkup kerja instansinya terbagi dalam tiga bidang: meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Andi menjelaskan bidang meterologi meliputi prakiraan cuaca, citra satelit, prakiraan angin, potensi banjir, dan kebakaran hutan. Segala informasi tersebut sangat penting bagi dunia pelayaran dan penerbangan.
Di bidang klimatologi BMKG meneliti hal yang tidak jauh berbeda dengan meteorologi. Bedanya, kata Andi, masa prakiraannya jauh lebih panjang, dia mencontohkan prakiraan iklim dan musim selama beberapa bulan. Aspek ini sangat berguna bagi para petani.
Bidang terakhir yang tidak kalah penting adalah geofisika. Di sini, kata Andi, BMKG meneliti segala aspek yang berkaitan tentang potensi gempa bumi dan tsunami. Nantinya informasi yang diterima BMKG akan diteruskan langsung ke masyarakat sebagai bentuk peringatan dini terhadap potensi bencana.
Andi mengatakan BMKG terus berupaya memudahkan masyarakat mengakses informasi-informasi dari BMKG. Dia menyebutkan saat ini masyarakat bisa mendapatkan informasi prakiraan cuaca di situs http://bmkg.go.id atau melalui sms ke nomor 2303, dan aplikasi android di smartphone. Andi menambahkan BMKG juga menjalin kerjasama dengan operator seluler dan media massa. Kerjasama dilakukan untuk mempercepat penyebaran informasi tentang daerah yang trawan bencana atau yang telah dilanda bencana.
“Sehingga bantuan dan upaya penyelamatan bisa segera dilakukan,” kata Andi.
Kendati begitu Andi mengakui BMKG masih memerlukan banyak pembenahan. Dia mengungkapkan kualitas perangkat teknologi yang digunakan BMKG belum memadai. Jika dibandingkan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, perangkat teknologi BMKG sudah tertinggal. “Padahal teknologi berperan penting dalam akurasi prakiraan cuaca,” katanya.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya informasi cuaca, iklim, dan musim belum sepenuhnya tumbuh. Untuk itu BMKG terus menggelar sosialisasi di masyarakat. Andi mengatakan sejak 2011 telah mengadakan Sekolah Lapangan Iklim (SLI) di 25 provinsi. Peserta program ini terdiri dari petani, penyuluh, dan masyarakat.
Andi mengatakan SLI tidak hanya bertujuan membuka wawasan petani tentang iklim dan cuaca. Tapi juga tentang berbagai tumbuhan alternatif yang bisa mereka tanam di musim-musim tertentu. Andi mengklaim program ini berhasil meningkatkan produksi panen sekitar dua sampai 30 persen.
“Kawan-kawan petani sudah mulai memahami dan sadar kondisi prakiraan panjang musim kering. Dengan begitu mereka tau cara menyikapinya. Tanaman beras misalnya diganti dengan palawija,” papar Andi.
Saat ini BMKG juga telah memiliki Sekolah Tinggi Meteorologi dan Geofisika. Dari sekolah itu Andi berharap kesadaran masyarakat tentang pentingnya informasi cuaca, musim, iklim, dan pergerakan terus meningkat. Sehingga segala peluang yang disediakan alam bisa termanfaatkan secara optimal.