REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Sebanyak 5.081 hektare areal persawahan di Kalimantan Selatan, terancam puso karena bulir padi yang ditanam tidak berkembang normal. kondisi terjadi akibat kekeringan yang melanda provinsi setempat.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Fathurahman di Banjarbaru, Kamis mengatakan, lima ribu hektare lebih sawah terancam puso tersebar pada tujuh kabupaten. "Sifatnya masih terancam puso karena padinya masih bisa dipanen tetapi hasilnya yang kurang maksimal karena tanaman padi kekurangan air akibat kekeringan," ujarnya.
Disebutkan, luasan persawahan 5.081 hektare paling banyak tersebar di Kabupaten Tanah Laut seluas 3.307 hektare, Kabupaten Banjar 1.287 ha dan Barito Kuala 201 hektare. Ia mengatakan, luasan persawahan yang dipastikan puso hanya sebanyak 12 hektare yakni di Kabupaten Banjar sebanyak 10 hektare dan dua hektare di Kabupaten Tanah Laut.
Dijelaskan, tanaman padi yang puso bisa dilihat dari umur tanaman.Dari 5.081 hektare sawah yang terancam puso, terdapat 3.529 hektare yang padinya berumur diatas 70 hari. "Padi yang sudah berumur diatas 70 hari bisa dipanen sehingga boleh dikatakan tidak gagal panen atau puso tetapi hanya kualitas beras yang tidak bagus," ucapnya.
Sementara, 1.485 hektare sawah lainnya ditanami padi yang berumur antara 20-70 hari dan padi berumur kurang dari 20 hari di areal sawah seluas 64 hektare. "Umur padi yang dibawah 70 hari itu, berpotensi puso terutama yang umur dibawah 20 hari sebanyak 64 hektare di Kabupaten Hulu Sungai Selatan," sebutnya.
Langkah antisipasi yang dilakukan adalah normalisasi sungai dan pompanisasi yang diserahkan kepada kelompok tani dengan jumlah pompa sebanyak 712 unit. "Pompa air yang sudah diserahkan ke kelompok tani sebanyak 712 unit terdiri dari pompa air 3 inci 380 unit, 4 inci 308 unit dan pompa air 6 inci sebanyak 24 unit," ujarnya.