Kamis 06 Aug 2015 22:10 WIB

Titik Panas Terus Bermunculan di Kotim

Titik panas. Ilustrasi
Foto: Antara
Titik panas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, rawan kebakaran lahan yang ditandai bermunculan titik panas dengan jumlah berfluktuasi setiap harinya.

"Hotspot Kotim terpantau sepuluh titik, yaitu di Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebanyak tujuh titik, Mentaya Hilir Selatan dua titik dan Baamang satu titik," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni di Sampit, Kamis (6/8).

Jumlah titik panas pada Kamis sedikit menurun dibanding sehari sebelumnya. Jumlah titik panas pada Rabu, terpantau sebanyak 21 titik yaitu di Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebanyak empat titik, Mentaya Hilir Selatan lima titik, Baamang tujuh titik dan Kotabesi lima titik.

BMKG terus memantau perkembangan titik panas di daerah ini. Hasil pantauan satelit tersebut kemudian secara rutin disampaikan setiap hari kepada sejumlah pihak terkait seperti Polres Kotim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotim, otoritas bandara dan pelabuhan, serta pihak lainnya.

Informasi perkembangan titik panas disertai prakiraan cuaca dan tinggi gelombang itu dimaksudkan untuk pencegahan dini. Harapannya, masing-masing pihak dapat mengambil langkah antisipasi sejak dini untuk menghindari kemungkinan terjadinya dampak buruk.

Suhu udara pada Jumat diprediksi berkisar antara 20 hingga 33 derajat celsius dengan kelembaban antara 45 hingga 99 persen, serta kecepatan angin antara 5 hingga 14 km/jam.

Yulida mengimbau masyarakat mencegah kebakaran lahan karena saat ini musim kering sehingga sangat rawan terjadi kebakaran yang tidak terkendali. Puntung rokok yang dibuang sembarangan pun bisa menyulut terjadinya kebakaran lahan.

Sementara itu, asap akibat kebakaran lahan makin terasa. Tidak hanya pagi hari, bau gosong bekas kebakaran lahan juga mulai tercium menyengat pada sore dan malam hari.

"Mumpung kebakaran belum terlalu parah, harusnya mulai sekarang pemerintah daerah dan kepolisian bertindak tegas supaya orang tidak berani membakar lahan. Kalau cuma imbauan-imbauan terus, nanti diabaikan lagi dan akhirnya kebakaran lahan terjadi tidak terkendali dan kabut asap tak bisa dihindari," kata Supri, warga Sampit.

Masyarakat berharap pemerintah daerah dan kepolisian bertindak tegas dalam mencegah maupun mengatasi pelaku pembakar lahan. Sementara itu untuk mencegah dampak buruk akibat asap, pemerintah diminta segera membagikan masker kepada masyarakat untuk menghindari terhirup asap kebakaran lahan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement