REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia akan dilanda La Nina, usai anomali iklim El Nino usai. Kepala BMKG Andi Eka Sakya menjelaskan, La Nina adalah kondisi di mana hujan turun berlebihan.
"Jadi potensi banjirnya semakin besar," kata Andi usai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis (6/8).
Karenanya, ia menilai, anomali El Nino yang masih terjadi saat ini merupakan kesempatan bagi pemerintah untuk memperbaiki saluran irigasi, bendungan dan sungai-sungai. Sehingga, saat La Nina terjadi, dampak banjir bisa diminimalisir.
La Nina sendiri adalah sebuah kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan timur equator di Lautan Pasifik. Pada saat terjadi La Nina, angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat.
Sehingga, massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
Namun, sebelum menghadapi La Nina, Indonesia masih harus berjuang mengantisipasi El Nino yang dampaknya diprediksi akan menguat hingga dua bulan ke depan. "Puncaknya Agustus-September," ucap Andi.
El Nino, lanjut dia, diprediksi akan menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah. Di antaranya Sumatra Selatan bagian timur, sebagian Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara bagian selatan serta wilayah selatan Papua.
"Jadi tidak seluruhnya Indonesia akan kekerangan. Tapi memang ada beberapa daerah kekeringan, di tujuh provinsi utamanya," kata Andi.