Kamis 06 Aug 2015 15:04 WIB
Muktamar NU

Pengamat: Muktamar NU tak Perlu Diulang

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Bilal Ramadhan
 Rais Aam Syuriah PBNU terpilih KH. Ma'ruf Amin (ketiga kiri), dan Ketua PBNU terpilih KH. Said Aqil Siroj (empat kiri) berjabat tangan dengan para peserta Muktamar NU saat penutupan di alun-alun Jombang, Jatim, Kamis (6/8). (Republika/Yasin Habibi)
Rais Aam Syuriah PBNU terpilih KH. Ma'ruf Amin (ketiga kiri), dan Ketua PBNU terpilih KH. Said Aqil Siroj (empat kiri) berjabat tangan dengan para peserta Muktamar NU saat penutupan di alun-alun Jombang, Jatim, Kamis (6/8). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan pemilihan Rois Aam yang dilakukan dengan mekanisme Ahwa tidak menyalahi demokrasi dan tak perlu dipertanyakan lagi. Apalagi jika Ahwa dilakukan sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku di NU.

"Para muktamirin yang sempat berbeda pendapat tak perlu diperuncing. Muktamar NU juga tak perlu diulang karena pemilihan Rois Aam sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku," kata Hendri, Kamis, (6/8).

Diharapkan semua pihak di NU menerima hasil Muktamar NU dengan ikhlas. NU merupakan ormas agama yang berfungsi sebagai poros netral bangsa, bukan memperebutkan kekuasaan.

"Makanya semua pihak di NU yang sempat berbeda pendapat setelah ini sebaiknya melakukan rekonsiliasi dan kompak. NU merupakan harapan rakyat dan harus tetap menjadi poros netral bangsa," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement