Kamis 06 Aug 2015 11:38 WIB

Erupsi Gunung Raung, Bandara Ngurah Rai Kembali Ditutup

 Gunung Raung mengeluarkan asap solvatara terlihat dari Desa Sempol, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (23/7).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Gunung Raung mengeluarkan asap solvatara terlihat dari Desa Sempol, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, kembali ditutup pada Kamis (6/8). Hal tersebut karena sebaran abu vulkanik Gunung Raung di Jawa Timur yang mengganggu jalur penerbangan di bandara itu.

Berdasarkan informasi yang diterima Republika, Bandara Ngurah Rai Bali mulai ditutup sejak pukul 11.00 WIB, dan diperkirakan baru akan dibuka kembali pada Kamis sore pukul 16.00 WIB. Selain Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Banyuwangi juga ditutup karena sebaran abu vulkanik Gunung Raung.

Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, Jawa Timur, mencatat aktivitas tremor Gunung Raung terus meningkat hingga amplitudo dominan 31 milimeter.

"Berdasarkan laporan yang kami terima dari petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, menyebutkan aktivitas tremor Gunung Raung mencapai amplitudo dominan 31 milimeter," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember, Heru Widagdo, Rabu.

Menurutnya, pihak BPBD Jember mengantisipasi kemungkinan terburuk jika aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi itu naik statusnya menjadi awas atau Level IV.

"Memang belum ada keterangan kenaikan status Gunung Raung dan wilayah itu merupakan kewenangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), namun sejauh ini tremornya terus meningkat," tuturnya.

Laporan aktivitas Gunung Raung pada 5 Agustus 2015 pukul 12.00-18.00 WIB terpantau secara visual cuaca mendung, angin tenang, suhu udara 23 derajat celcius, Gunung Raung tertutup kabut, dan terdengar suara gemuruh lemah.

Sedangkan data seismik mencatat tremor atau letusan menerus dengan amplitudo 7-32 milimeter, namun dominan amplitudo 31 milimeter, sehingga kesimpulan aktivitas vulkanis dan energi letusan menerus masih tinggi, belum menunjukkan tanda-tanda penurunan, namun status Gunung Raung masih siaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement