Rabu 05 Aug 2015 20:18 WIB

Ini Kronologi Meninggalnya Evan Christopher

Rep: C37/ Red: Bayu Hermawan
Garis polisi.   (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Garis polisi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kapolres Bekasi Kombes Daniel Bolly Tifaona mengatakan meninggalnya Evan Christopher Situmorang (12) tidak ada hubungannya dengan kegiatan masa orientasi siswa (MOS) di SMP Flora, Bekasi Utara. Hal itu berdasarkan hasil investigasi dan gelar perkara yang dilakukan petugas Polresta Bekasi.

"Dengan ini kami nyatakan kasus Evan ditutup dan meninggalnya Evan tidak ada kaitannya dengan MOS," ucap Kombes Pol Daniel saat konferensi pers di Polresta Bekasi Kota, Rabu sore (5/8).

Ia menjelaskan kronologi meninggalnya Evan. MOS dilaksanakan tanggal 7-9 Juli di SMP Flora, dan saat itu teman-teman Evan mengatakan jika anak itu baik-baik saja.

"Kami sudah meminta keterangan dari teman-teman Evan, yaitu teman satu grupnya, ada 3 orang. Dan mereka bilang selama MOS Evan sehat-sehat saja dan tidak mengeluh sakit," katanya.

Kemudian pada tanggal 10-11 Juli saat libur sekolah, kaki Evan mulai terasa sakit sehingga orang tuanya membawanya ke tukang pijat untuk diurut. Di sini menurut Daniel orang tuanya sudah lalai, karena asam urat tidak boleh dipijit.

Selanjutnya dari tanggal 12-27 Juli, Evan tidak ada keluhan apapun, dan tanggal 28 Juli pun tidak ada tanda-tanda. Kemudian baru tanggal 29 Juli kakinya sakit dan sekolah menelpon keluarga untuk menjemput Evan.

"Kemudian dibawa ke Puskesmas, oleh dokter harus dirontgen betisnya. Tapi tidak dilakukan, mungkin karena orang tuanya kesulitan biaya," ucapnya.

Berdasarkan keterangan 4 orang saksi yaitu tetangga keluarga Evan, anak tersebut memang sudah meninggal di rumah. Sebelumnya, lanjut Daniel, saat Evan kejang pertama kali, ibunya hanya menjerit histeris tidak meminta tolong atau melakukan sesuatu.

"Nah ini ibunya lalai. Harusnya langsung dibawa ke rumah sakit," katanya.

Kemudian ketika Evan kembali kejang dan ibunya Evan menjerit semakin keras, baru tetangga mendengar dan bergegas ke rumahnya.

"Ini diperkuat dengan keterangan saksi yang sempat menempelkan telinganya ke dada korban, sudah tidak mendengar suara jantung, lalu mengambil kaca dan menempelkannya ke hidung dan mulut tapi sudah tidak ada nafas, lalu badannya almarhum sudah biru pucat, kaki dan tangannya. Ini sebelum ke rumah sakit," jelasnya.

Selain itu, sudah dilakukan tindakan terhadap Evan yaitu menekan dada oleh ibunya, lalu tetangga juga sudah memeriksa urat nadi di leher dan tangan. Dan Evan saat itu sudah meninggal pada pukul 15.00. Namun, karena ibu Evan terus menjerit histeris, salah satu tetangga menyarankan untuk tetap membawa ke rumah sakit.

"Dalam kedokteran ada istilah lebam mayat. Tubuh mulai membiru setelah 20-30 menit, yaitu di area punggung. Lalu makin lama makin menyebar ke bagian lain. Tapi karena ibunya terus nangis, tetangganya nggak tega bilangnya. Akhirnya disarankan dibawa ke rumah sakit," jelasnya lagi.

Setelah itu, lanjut Daniel, Evan dibawa ke dua rumah sakit. Rumah sakit pertama yaitu RS Sayang Bunda yang berjarak 5 menit dari rumah, tidak memiliki alat, sehingga Evan harus dibawa ke RS. Citra Indah. Di sana, diperiksa EKG nadi dan jantung dan Evan dinyatakan sudah meninggal 30-40 menit yang lalu karena sakit jantung.

"Jadi kalau dirunutkan waktu mundurnya, timeline, Evan sudah meninggal di rumahnya. Karena penyakit jantung," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Evan Christopher Situmorang (12 tahun) meninggal pada 30 Juli. Kemudian pengguna akun facebook Selly Christina Siregar memposting foto Evan di facebook dan menyatakan Evan meninggal karena kelelahan akibat kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS).

Sementara itu, pengguna akun facebook Selly Christina Siregar yang memposting berita kematian Evan karena MOS akan tetap diusut oleh tim cyber crime Polda Metro Jaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement