REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulan Bencana Daerah (BNPB) memprediksi potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi sampai awal Desember 2015.
Humas BNPB, Sutopo Purwo mengatakan potensi karhutla yang lebih lama itu disebabkan fenomena El Nino yang juga menyebabkan kekeringan di 16 provinsi Indonesia.
Dari data BNPB setempat yang diterima Republika, Rabu (5/8), potensi karhutla di wilayah sumatera terjadi sejak Juni sampai Oktober. Sedangkan di wilayah kalimantan, Karhutla biasanya terjadi selama empat bulan, dari Juli sampai Oktober.
Namun puncak karhutla di wilayah sumatera biasanya terjadi selama tiga bulan dari Agustus hingga Oktober. Untuk Kalimantan puncak Karhutla hanya dua bulan dari September sampai dengan Oktober.
Meskipun jumlah hotspot (titik panas) karhutla tahun ini berkurang. Tapi, pembakaran hutan masih terus berlangsug. Berdasarkan pantauan satelit Modis (terra-aqua) pada 31 Juli 2015 pukul 05.00 Wib, hotspot yang muncul sudah sampai 76 titik di sumatera, yaitu satu di Bangka Belitung, 16 di Jambi, 6 di Sumatera Barat, 12 di Sumatera Selatan, satu di Sumatera Utara dan 40 di Riau.
Untuk 40 titik di Riau BNPB merincikan 4 titik di Bengkalis, 2 di Dumai, 8 Pelalawan, 4 Kuantan Singingi, 2 Siak, 2 Inhil, 12 Inhu, 2 Kampar, 1 Pekanbaru, 1 Rohil dan 1 di Rohul.
Pemantauan terakhir BNPB di Pekanbaru 31 Juli lalu, asap mengepung kota hingga 3 km asap, Dumai 4 km asap, Pelawawan 2 Km kabut dan Rengat kabut 2 Km dengan kualitas udara tidak sehat.