REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai politik baru belum dapat menjadi peserta di pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember nanti. Namun, keberadaan parpol baru juga tidak dapat dipungkiri mampu memberikan dukungan pada pasangan calon kepala daerah.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang belum resmi mendeklarasikan diri sebagai parpol saja sudah mengantongi kepengurusan di hampir seluruh wilayah Indonesia. terlebih parpol yang sudah lahir lebih dahulu seperti Perindo dan Partai Idaman.
Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Anthoni mengatakan, pilkada serentak kali ini bukan bagian mereka di dunia politik nasional. Namun, PSI sudah mulai mencermati siapa saja yang bakal menjadi lawan atau kawan setelah PSI resmi menjadi salah satu parpol di Indonesia.
Bahkan, kata Raja Juli, PSI bersiap menunggu hasil verifikasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait hasil pendaftaran pasangan calon di pilkada.
“Apabila ada calon yang memiliki kriteria sesuai dengan PSI, seperti anak muda, perempuan, kita berikan dukungan minimal moral dan promosi di media sosial yang kita miliki,” kata dia pada Republika, Senin (3/8).
Bentuk partisipasi ini digunakan karena PSI memang belum dapat mengikuti ketatnya persaingan di pilkada serentak. Namun, Raja Juli mengatakan, PSI tidak akan membangun komunikasi dengan parpol tertentu yang mengusung pasangan calon kepala daerah.
Komunikasi dan bentuk dukungan hanya akan diberikan secara sukarela oleh PSI pada calon kepala daerah yang sesuai dengan kriteria PSI, yaitu anak muda, perempuan, dan memiliki track record yang bersih selama berkiprah.
“Tidak akan ada deal politik apapun atau komunikasi dengan parpol lain,” tegas dia.
Hingga saat ini, PSI belum menentukan siapa saja yang akan didukungnya di pilkada serentak. Namun, ada beberapa calon kepala daerah yang kemungkinan besar mendapat dukungan dari PSI. Seperti calon kepala daerah yang maju di kota Depok, Dhimas Okky Nugroho serta calon walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Keputusan PSI akan mendukung pasangan calon kepala daerah akan dikeluarkan secara resmi setelah ada pengumuman verifikasi pasangan calon dari KPU.
“Risma hampir pasti, partai ini untuk orang-orang seperti Risma, sebab, beliau salah satu kandidat pimpinan nasional,” imbuh dia.
Peneliti politik senior LIPI, Siti Zuhro mengatakan, pilkada akan menjadi sarana bagi parpol baru untuk belajar memahami praktek berpolitik praktis.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan parpol baru sudah diperhitungkan untuk ditarik parpol lama dan calon pasangan untuk ikut mendukung pencalonannya di pilkada serentak. Sebab, parpol baru juga sudah mengantongi pendukung di masyarakat, meskipun belum memasukan kadernya di DPR atau DPRD.
“Parpol baru bisa jadi tertarik juga untuk belajar bagaimana menghadapi pilkada, tentang strategi dan taktiknya, sehingga ini menjadi pengalaman menarik bagi parpol baru,” kata Zuhro.
Zuhro mengatakan, dari pengalaman pemilihan Presiden dan pilkada sebelumnya, juga membuktikan partai yang tidak ikut masuk di DPR atau DPRD ikut mendukung pasangan calon. Jadi, parpol baru seperti Perindo, Partai Idaman atau cikal bakal PSI akan menggunakan momentum pilkada ini untuk mengamati praktek politik langsung.
Untuk deal politik yang mungkin terjadi antara parpol lama dengan baru soal dukungan ini, Zuhro mengatakan, publik tidak akan memahaminya. Sebab, yang dipahami publik adalah koalisi atau kerjasama antar parpol adalah tanpa syarat.
“Sebab, itu terkait dengan kepentingan yang secara politik saling menguntungkan,” tegas dia.