Senin 03 Aug 2015 22:10 WIB

Lima Waduk Kecil di Jateng Sudah Kering

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Waduk mengering. Ilustrasi
Waduk mengering. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Musim kemarau yang berlangsung sejak lebih dari sebulan lalu, telah menyebabkan lima waduk di Jawa Tengah menjadi kering. Namun Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Tengah, Prasetyo Budie Yuwono menyebutkan, waduk yang sudah kering tersebut adalah waduk-waduk kecil yang dalam kondisi normal hanya memiliki daya tampung air maksimal sebanyak 10 ribu kubik.

''Kelima waduk kecil yang sudah kering, antara lain Waduk  Brambang, Waduk Botok dan Waduk Gembong yang semuanya berada di Kabupaten Sragen, Waduk Gunungrowo yang ada di Kabupaten Pati,  dan waduk Sanggeh yang ada di Kabupaten Grobogan,'' jelasnya, Senin (3/8).

Namun dia menyebutkan, jika hujan masih tidak turun hingga akhir Agustus 2015 ini, akan ada 15 waduk lagi yang juga akan mengering. Sedangkan  delapan waduk lainnya, tidak akan sampai mengering. ''Volume airnya tentu akan turun drastis di bandingkan pada kondisi normal. Tapi tidak akan sampai mengering,'' katanya.

Kedelapan waduk yang tidak akan mengering bila sampai Agustus tidak sampai turun hujan tersebut, antara lain Waduk  Malahayu di Kabupaten Brebes, Cacaban di Kabupaten Tegal,  Gajahmungkur di Kabupaten Wonogiri, Kedungombo  di Grobogan, Waduk Soedirman (Mrican) di Banjarnegara),  Waduk Penjalin di Bumiayu, serta Wasuk Wadaslintang dan Sempor di Kabupaten Kebumen.

''Kedelapan waduk tersebut, masih akan tetap ada airnya. Namun mulai Agustus, beberapa waduk tidak akan diairkan airnya ke saluran irigasi untuk penghematan agar cadangan air masih tetap tersedia,'' jelasnya. Hanya pintu air di Waduk Malahayu, Waduk Cacaban dan Gajah Mungkur yang masih masih dibuka untuk mengairi prtanian, namun dengan debit air yang sudah sangat kecil.

Dia juga menyebutkan, dengan ditutupnya pintu air waduk tersebut, maka beberapa pembangkit listrik tenaga air yang dioperasikan di beberapa waduk juga akan berhenti produksi listrik. Antara lain seperti pembangkit mikrohidro yang ada di Sempor, Tulis dan  dan berbagai waduk lain. ''Hanya PLTA di Waduk Soedirman yang kemungkinan masih akan beroperasi. Itu pun tidak dalam kapasitas penuh,'' jelasnya.

Menurutnya, pembukaan kembali pintu-pintu air waduk tersebut, akan dilakukan kembali pada Oktober 2015. Yakni, pada saat petani sudah akan memulai musim tanam yang memang diperkirakan akan mulai berlangsung pada bulan itu. ''Tentu dengan catatan, hujan akan mulai turun  lagi pada September 2015. Bila bulan itu masih belum turun hujan, berarti yang belum dibuka,'' katanya.

Prasetyo juga menjelaskan, akibat kekeringan tahun ini, luasan lahan sawah di Jateng yang mengalami puso hingga saat ini tercatat sekitar 6.578 hektare. Sedangkan yang terancam kekeringan ada 11.377 hektare, berada di wilayah Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, Demak, Kendal, Brebes, Tegal, Pemalang dan Pekalongan

Namun dibandingkan dengan luasan areal sawah di Banyumas, Prasetyo menyebutkan, areal sawah yang puso dan terancam kekeringan masih relatif kecil. Apalagi, saat ini kabanyakan lahan sawah sudah berusia tua dan menjelang musim panen sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan air. ''Luas areal sawah di Jateng, lebih dari 300 ribu hekare. Sawah yang terairi irigasi dari 28 waduk besar dan kecil itu saja, mencapai 270 ribu hektare,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement