Senin 03 Aug 2015 16:06 WIB

Para Terapis Bekam Manjakan Muktamirin NU

Rep: Andi Nurroni/ Red: Bilal Ramadhan
Pengobatan bekam.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengobatan bekam. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Para peserta Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) melewati hari-hari yang melelahkan. Beberapa hari terakhir, mereka harus bolak-balik antara pondokan dan alun-alun Kabupaten Jombang, tempat dilangsungkannya sidang utama.

Selain lelah fisik, kepenatan pikiran pun menjadi teman sehari-hari para muktamirin. Maklum saja, diskusi di ruang sidang yang beratap tenda raksasa itu berlangsung alot dan sarat perdebatan.

Tak heran di sela waktu senggang mereka, sebagian muktamirin memilih untuk memanjakan diri sejenak dengan terapi bekam. Selain untuk menyegarkan fisik, bekam juga merupakan relaksasi yang menyegarkan pikiran.

Di area Muktamar ke-33 NU di Alun-alun Kabupaten Jombang, terdapat puluhan terapis bekam. Hal unik, mereka semua berasal dari daerah yang sama, yakni Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura.

Mereka bahkan rata-rata masih memiliki hubungan keluarga dan kekerabatan. Salah seorang terapis bekam, Abdul Gafur (27), menyampaikan, ada kurang lebih 50 orang terapis bekam yang datang ke Muktamar NU.

Kata Gafur, mereka dipertemukan dengan sesama anggota keluarga dan kerabat di tempat itu. Hari-hari biasa, menurut Gafur, mereka memang terpisah-pisah. Dari Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan menurut Gafur, mereka menyebar ke berbagai kota dan menjajakan jasa terapi bekam.

"Yang ke sini (Jombang) sekarang macam-macam. Ada dari Surabaya, Gresik Mojokerto, Probolingo dan lain-lain. Kalau saya dari Gresik," kata Gafur, Senin (3/8).

Gafur menceritakan, terapi bekam dari Kecamatan Kadur, berbeda dengan pengobatan bekam lain. Perbedaannya, kata dia, terletak pada ramuan khusus yang diturunkan turun-temurun. Ia memperkenalkan, ada ramuan minyak buah parsi, ada minyak buah cangkaro, serta ada juga minyak sangkal puntung.

Minyak sangkal puntung itu, menurut Gafur, adakah ramuan yang paling istimewa, terbuat dari getah kayu mulia. "Kalau bekam aja, Rp 50 ribu. Kalau tambah ini (minyak sangkal puntung), tambah Rp 50 ribu," kata Gafur, dijumpai di lapaknya.

Metodenya pun, menurut Gafur, masih menggunakan cara tradisional yang dicontohkan Rasul, yakni menggunakan tanduk sapi atau kerbau. Selain tanduk, menurut Gafur, sejumlah rekannya juga menyediakan alat bekam modern yang terbuat dari plastik. Menurut Gafur pribadi, tanduk lebih aman daripada alat modern. "Kadang, kalau pakai yang plastik, ada yang ngeluh gatal," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement