Ahad 02 Aug 2015 17:17 WIB

Ensiklopedia NU Diluncurkan di Muktamar Jombang

Presiden Jokowi didampingi Pengurus PBNU dan Gubernur Jatim Soekarwo memukul bedug tanda pembukaan Muktamar ke-33 NU, di alun-alun Jombang, Sabtu (1/8) malam.
Foto: Setkab
Presiden Jokowi didampingi Pengurus PBNU dan Gubernur Jatim Soekarwo memukul bedug tanda pembukaan Muktamar ke-33 NU, di alun-alun Jombang, Sabtu (1/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Buku 'Ensiklopedi Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren' diluncurkan kembali di arena Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, Ahad (2/8).

"Kami menghimpun dan menuliskan kembali semua bahan rujukan dan informasi mengenai NU, baik dari dalam maupun luar negeri," kata Hairus Salim HS, salah satu anggota tim penulis ensiklopedi itu, di Kampus Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Tambakberas, Jombang.

Ia menjelaskan bahwa ensiklopedi itu memuat berbagai sejarah dan informasi terkait ke-NU-an, baik dari sisi sejarah, tokoh dan pesantren di Indonesia, sejak sebelum Indonesia merdeka. Ensiklopedi yang dalam penulisannya dipimpin Ketua PBNU H Imam Aziz itu, menurut dia, membutuhkan waktu hingga dua tahun (2012-2014) sampai kemudian bisa diwujudkan dan diluncurkan pada 2015.

Peluncuran kembali di arena Muktamar Ke-33, katanya, adalah semacam mengingatkan kembali kepada publik luas, terutama warga nahdliyin bahwa saat ini untuk mengetahui hal-ikhwal tentang NU yang cukup lengkap bisa dirujuk melalui ensiklopedia dimaksud.

Ia juga menjelaskan bahwa keterkaitan mengenai kebangsaan dalam sejarah NU, disebutkannya cukup banyak. Di antaranya, adalah tokoh-tokoh NU yang bahkan mampu menjadi pemimpin nasional Indonesia, yakni seorang presiden, dua orang wakil presiden, serta wakil perdana menteri (Waperdam).

Mereka adalah KH Abdurrahman "Gus Dur" Wahid sebagai Presiden, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla sebagai Wapres, serta KH Dr Idham Chalid yang pernan menjadi Waperdam. "Ini menunjukkan konteks politik kebangsaan yang ada di NU," tuturnya.

Sementara itu, Imam Aziz yang ditemui secara terpisah menjelaskan bahwa pihaknya tetap menerima saran dan kritik atas buku ensiklopedi itu, mengingat buku itu adalah rintisan awal. "Makanya di dalam pengantar kami cantumkan pula alamat surat elektronik (email) yang bisa dijadikan sarana siapapun untuk memberikan masukan dan kritik," ujarnya.

Dalam ensiklopedia tersebut, pada bagian sampul buku juga tertera catatan penting yang dikutip dari Syaikh KH Hasyim Asy'ari, pahlawan nasional yang juga pendiri NU. Catatan dan pesannya adalah "Bersatulah, jangan tercerai berai" katanya ketika mendirikan "jami'iyah" NU.

Pesan ini ditujukan kepada ulama "Ahlussunnah wal Jama'ah" di Nusantara di tengah arus perubahan sosio-kultural dan politik yang sangat penting di awal abad XX.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement