Kamis 30 Jul 2015 17:25 WIB

Petani Serang Ribut Berebut Air

Rep: Hilman Fauzi/ Red: Dwi Murdaningsih
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan di Tanah Air.
Foto: Republika/Rakhmawati La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG - Petani di Kampung Badamussalam, Desa Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, akhir-akhir ini sering ribut lantaran sawahnya kekeringan. Mereka berebut air dari irigasi untuk mengaliri sawahnya.

Salah satu petani membenarkan kejadian tersebut. Menurutya, keributan biasanya tak sampai adu pukul dan hanya adu omong saja. "Udah sering ribu rebutan air. Kalau ga ditanganin Polsek (Kasemen), bisa makin parah ributnya," kata petani setempat, Yudi (36), Kota Serang, Kamis (30/7).

Para petani pun harus berjibaku menyedot air dari irigasi dan comberan yang penuh sampah. Hal ini dilakukan agar sawah mereka tak mengalami kekeringan dan gagal panen. "Nyedot nya buat sawah disini. Kalau kering bisa gagal panen. Disini yang kekeringan kaya nya ada 20 hektaran, tapi lebih pastinya," terangnya.

Yudi mengatakan, bahwa sudah sekitar sebulan setengah menyedot air dari comberan disekitar rumahnya yang kemudian disalurkan ke sawahnya agar tetap teraliri air dan tidak kekeringan menggunakan mesin pompa air.

Pintu air irigasi hanya dibuka setiap malam hari. Meski begitu, dirinya tetap merasa kekurangan air untuk sawahnya. "Air nya kalau malem dibuka pintu airnya. Jadi ngalir kesini, air nya dijatah," jelasnya.

Petani yang memiliki sawah seluas 1 hektar ini mengatakan bahwa hasil panen kali ini diprediksi turun drastis. Jika biasanya mampu menghasilkan 8 ton gabah kering, maka dirinya hanya akan mendapatkan sekitar 6 ton gabah saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement