Rabu 29 Jul 2015 21:44 WIB

Debit Air Cisadane Surut, Kabupaten Tangerang Krisis Air

Rep: c18/ Red: Hazliansyah
Sejumlah pekerja menggali endapan lumpur di salah satu saluran kantung lumpur Sungai Cisadane, Tangerang, Banten.
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Sejumlah pekerja menggali endapan lumpur di salah satu saluran kantung lumpur Sungai Cisadane, Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Surutnya debit air sungai Cisadane membuat puluhan kecamatan di Kabupaten Tangerang mengalami krisis air hingga kekeringan. Terlebih setelah jebolnya pintu 6 di bendungan 10 Sungai Cisadane Kota Tangerang.

"Sebanyak 20 dari 29 kecamatan di Kabupaten Tangerang kekeringan," terang Bupati Kabupaten Tangerang, Zaki Ahmed Iskandar, Rabu (29/7) di Tangerang.

Zaki memaparkan 20 kecamatan tersebut lebih banyak ada di pesisir utara Tangerang. Kecamatan tersebut antara lain Pasar Kemis, Rajeg, Sepatan, Sepatan Timur, Mauk, Pakuhaji, Teluk Naga, Kresek, Kronjo, Kemiri dan Sukadiri.

"Kalau di daerah Barat dan Selatan cenderung aman," terangnya.

Sementara Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang, Slamet Budi mengatakan surutnya permukaan air sungai Cisadane membuat banyak sawah di wilayah Kabupaten mengalami kekeringan.

"Lumbung air seperti Situ atau Danau juga tidak berfungsi," katanya.

Sebelumnya, Kepala Bendungan Pintu Air 10 Sungai Cisadane Sumarto mengatakan, terus menurunnya permukaan air sungai Cisadane mengancam gagalnya panen sekitar 10 desa di wilayah Kabupaten.

Puluhan desa tersebut, kata Sumarto, merupakan desa yang berada di kawasan hilir sungai Cisadane. "Saluran irigasi mereka pasti terganggu karena suplai air ke daerah hilir bakal kering," terang Sumarto.

Meski demikian, pintu yang jebol tersebut kini tengah mengalami perbaikan. Restorasi pintu dilakukan oleh Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement