REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Joko Widodo mengingatkan TNI-Polri untuk menghentikan perseteruan antarlembaga yang selama ini seolah sudah mengakar. Jokowi menyebut, dua lembaga tersebut harusnya saling bersinergi agar lebih kuat menghadapi ancaman kepentingan nasional.
"Saya tidak ingin lagi mendengar adanya bentrokan antar angkatan atau pun antara TNI-POLRI. Bangun soliditas TNI-Polri," kata Jokowi saat memberi pembekalan kepada 793 calon perwira TNI dan Polri di Semarang, Rabu (29/7).
Acara tersebut juga dihadiri antara lain Panglima TNI, Kapolri, Kepala Staf TNI dari tiga matra, Menteri Pertahanan dan Menteri PAN-RB.
TNI dan Polri, sambung Presiden, juga harus meninggalkan rasa saling curiga dan menghindari penerapan jiwa korsa (esprit de corps) yang sempit.
Jokowi menilai, perseteruan yang kerap terjadi antara TNI dan Polri justru akan menghambat kinerja kedua organisasi. Padahal, tantangan yang akan dihadapi negara ke depan semakin besar.
Jokowi menyebut, tantangan berat yang menjadi tugas TNI-Polri yakni membantas mafia, mulai dari mafia impor, mafia migas, sampai mafia penangkapan ikan ilegal.
"Kita harus bersikap tegas tanpa kompromi menghadapi para mafia yang merugikan kepentingan nasional kita," ucap Jokowi.
Presiden juga mengingatkan tantangan yang akan dihadapi Indonesia dengan kondisi masyarakat majemuk dimana perbedaan seringkali dijadikan alasan untuk memunculkan konflik horizontal atau tindakan kekerasan dengan mengatas namakan agama, ras ataupun golongan.