REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan Perdana Menteri Inggris David Cameron tidak netral memandang Islam karena meluncurkan program melawan ekstremisme Islam.
"Penggunaan istilah ekstremisme Islam oleh Cameron dalam kampanyenya menunjukkan dia tidak netral," kata Fajar lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Rabu (29/7).
Dia menyarankan agar kepala pemerintahan Inggris itu menggunakan istilah yang lebih bisa diterima semua penganut agama.
Menurut Fajar, istilah ekstremisme yang dimotivasi oleh agama lebih netral karena tidak menyudutkan agama tertentu.
Sebelumnya, Cameron meluncurkan kampanye melawan ekstremisme Islam di Inggris menyusul terbunuhnya 30 turis Inggris di Tunisia dan bergabungnya ratusan anak-anak muda negeri itu dengan ISIS.
Fajar mengatakan dirinya sempat bertemu dengan Cameron dalam sebuah kesempatan dialog bersama dengan empat tokoh muda lainnya di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta pada Selasa (28/7).
Dalam dialog itu, Fajar mengapresiasi Cameron yang secara jujur ingin belajar dari kesuksesan Indonesia menghadapi ekstremisme sejak tragedi bom Bali menghentak dunia.
Cameron, kata dia, menyadari ekstremisme ada di semua agama tapi PM Inggris itu berkilah pemakaian istilah ekstrimisme Islam berdasarkan kasus-kasus di Inggris.